Friday, September 01, 2006

REALISTIS MENGHADAPI LUMPUR PANAS SIDOARJO: 2

Bagaimana kalau lumpur di buang ke laut?

Tampaknya, membuang lumpur ke laut akan menjadi suatu keharusan. Tidak ada alternatif lain yang lebih baik dari ini dikala ancaman bahaya melubernya genangan lumpur itu yang semakin besar. Ancaman makin membesar seiring dengan semburan lumpur yang terus berlangsung dan musim hujan yang semakin mendekat dengan pasti. Tak terelakkan.

Mari kita lihat, kondisi lingkungan kawasan Selat Madura, berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi bila lumpur dibuang ke laut, dan apa yang dapat kita lakukan.

1. Terkait dengan kegiatan pembuangan lumpur ke laut, pengetahuan tentang dinamika / pola arus di kawasan Selat Madura adalah hal yang penting. Dengan pengetahuan tentang pola arus, kita dapat memperkirakan kemana muatan lumpur akan disebarkan. Saya tidak memiliki data tentang pola arus di Selat Madura, tetapi bila kita memperhatkan Citra Satelit kawasan Ujung Pangkah (yang pernah disajikan Rovicky, http://rovicky.wordpress.com/), bisa dipastikan bahwa netto transportasi muatan sedimen berarah ke utara, ke luar ke laut Jawa. Meskipun demikian, studi pola arus yang menyeluruh di kawasan selat itu perlu dikatahui dengan baik.

2. Pola batimetri / konfigurasi dasar laut kawasan selat itu juga penting untuk diketahui agar kita dapat mengarahkan outlet pipa pembuang lumpur dan di mana harus meletakkannya, dan agar kita dapat memprediksi perubahan batimetri yang mungkin terjadi dan merencanakan penanggulangan masalah yang mungkin menyusulnya.

3. Studi tentang berbagai aktifitas manusia di kawasan pesisir selat itu perlu segera dilakukan agar dapat segera diperkirakan dengan baik kerugian yang mungkin terjadi dengan pembuangan lumpur itu (tidak hanya mengira-ngira tanpa dasar yang kuat). Hal ini juga penting untuk perhitungan kompensasi bila terjadi kerugian.

4. Bagaimana bila pembuangan lumpur dengan mengalirkannya melalui pipa?. Dengan pipa, kita dapat melepaskan lumpur di kedalaman tertentu dan mengarahkan penyebarannya, serta dapat mengurangi penyebaran lumpur dalam bentuk suspensi.

5. Bagaimana bila pembuangan melalui aliran sungai?. Bila pembuangan lumpur melalui aliran sungai, maka lumpur akan masuk sebagaimana layaknya muatan yang masuk ke laut dari aliran sungai. Keadaan ini akan menimbulkan banyak perubahan kondisi lingkungan di sepanjang aliran sungai, kawasan muara sungai, serta di daerah pesisir di sekitar muara sungai. Perubahan kondisi lingkungan itu berkaitan dengan meningkatnya muatan suspensi. Dalam jangka pendek, mungkin peningkatan muatan suspensi yang sangat mendadak menimbulkan masalah, yang berkaitan dengan kehadiran biota sungai maupun laut, suplai air ke tambak (bila ada tambak), atau gangguan di daerah penangkapan ikan (bila memang ada daerah penangkapan ikan yang terkena), dan penduduk yang memanfaatkan air sungai secara langsung (bila memang ada). Di muara sungai, mungkin terjadi pendangkalan alur, dan mengganggu penggunaan alur (bila memang ada penggunaan alur sungai untuk pelabuhan). Di sinilah pentingnya studi lingkungan yang telah saya sebutkan di depan. Dalam jangka panjang bagaimana? Dalam jangka panjang, bila aliran lumpur terus berlangsung sampai puluhan tahun, maka sangat mungkin di muara sungai yang dijadikan alur pembuangan lumpur itu akan terjadi pembentukan delta. Contoh nyata tentang hal ini dapat saya tunjukkan di pantai Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Penyodetan aliran sungai Ciujung dan Cidurian dan mengalihkannya ke tempat yang baru pada tahun 1927, telah mengakibatkan munculnya delta baru. (Bila ingin tahu lebih jauh tentang hal ini, silahkan hubungi saya, saya akan mengirimkan makalah yang pernah saya tulis tentang hal ini; poster ukuran A4 juga ada).

6. Tentang bahan-bahan yang berbahaya di dalam lumpur?. Saya kira bahan-bahan itu ada namun jumlah tidak signifikan, dan akan tercairkan / netralisir oleh air laut. Kalau memang bahan-bahan berbahaya itu ada dalam jumlah yang membahayakan, tentu orang-orang yang pernah kontak dengannya sudah merasakan berbagai akibatnya. Tetapi tidak ada salahnya juga bila kandungan bahan-bahan berbahaya itu diteliti, agar kita mendapatkan data yang pasti. Dengan catatan: jangan sampai ketakutan yang tidak pasti akan bahan-bahan berbahaya ini malah lebih berbahaya karena tidak berani mengambil keputusan.

7. Masalah utama yang terkait dengan pembuangan lumpur ke laut saya kira adalah masalah kekeruhan air. Memang, kekeruhan akan membuat masalah lingkungan, tetapi sifatnya akan sementara saja. Bila suplainya berhenti, maka kekeruhan akan berkurang dan hilang dengan sendirinya setelah jangka waktu tertentu. Persoalan sekarang adalah bahwa kita tidak tahu sampai kapan semburan lumpur itu akan berlangsung. Berkaitan dengan masalah kekeruhan ini, mungkin perlu studi model tentang bagaimana penyebaran muatan lumpur itu bila dibuang ke laut. Juga perlu dipejari “residence time” muatan lumpur itu di kawasan Selat Madura (waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan muatan lumpur itu dari Selat Madura).

8. Bagaimna dengan kemungkinan pendangkalan alur pelabuhan di Surabaya? Bila itu terjadi, dikeruk saja bila terjadi.

9. Bagaimana bila terjadi sedimentasi di pantai?. Bila terjadi dalam jumlah besar dan terus menerus dalam jangka waktu lama, selama semburan lumpur terus berlangsung, biarkan saja, karena kita akan mendapatkan daratan yang baru. Banyak keuntungan tambahan yang kita dapatkan bila terjadi penambahan daratan pantai. Kesempatan bagi pemerintah untuk mengatur kawasan pesisir.

Bagaimana dengan kawasan yang sekarang tergenang?

Kembali, sampai sekarang kita belum tahu kapan semburan lumpur itu akan berakhir. Oleh karena itu, agar kehidupan masyarakat tidak terlalu lama terkatung-katung di dalam ketidak-pastian karena menunggu berhentinya semburan lumpur itu, sebaiknya Pemerintah segera mengusahakan relokasi tempat tinggal mereka. Makin cepat relokasi dilakukan, akan makin baik. Karena akan makin cepat pula masyarakat dapat menata kembali kehidupannya di tempat yang baru dengan suatu kepastian. Makin lama masyarakat hidup di dalam ketidak-pastian, makin lama mereka menderita dan makin banyak biaya yang dikeluarkan.
Untuk kawasan yang sekarang tergenang, biarlah kawasan yang sekarang tergenang iu menjadi kawasan genangan lumpur. Yang perlu kita lakukan adalah menjaga genangan lumpur itu agar tidak meluas ke kawasan baru. Buat tanggul yang kuat (permanen), sementara upaya mengalirkan lumpur ke laut terus dilakukan. Untuk mengurangi beban, sebaiknya jangan lagi berharap bisa kembali lagi ke kawasan genangan dan hidup seperti sebelumnya. Terkait dengan pilihan ini, maka, segera relokasi jalan tol, pabrik-pabrik yang tergenang, relokasi jalur rel kereta api, dan berbagai hal lain yang sekarang tergenang. Ini semua karena kita tidak tahu kapan semburan lumpur itu akan berakhir.


Penutup

Akhir kata, saya hanya bisa mengatakan: “cepatlah mengambil keputusan, kita sedang perpacu dengan waktu”. Makin cepat akan makin baik. Karena kita akan dapat segera memperbaiki keadaan dengan suatu kepastian.
Sebaliknya, makin lama kita membiarkan persoalan ini di dalam ketidak-pastian, bahaya yang makin besar menyongsong kita, dan kita menghadapi bahaya itu dengan ketidak pastian. Bila seperti ini, bersiaplah untuk menderita lebih lama, dan rugi lebih besar. BUkan Ini kan yang diharapkan?

Salam dari Ancol, 1 September 2006
Wahyu

1 comment:

Sad Agus said...

Mas Wahyu,

Saya barusan baca "Relistis Menghadapi Lumpur Panas Sidoarjo 1-2" anda, bagus cukup terpadu. Mudah-mudahan ada salah satu decision maker di pemerintahan yang mau baca blog-blog semacam ini. Contoh yang baik sudah diberikan oleh Mas Rovicky dan Mas Wahyu sendiri, SALUT dan BRAVO.

Kurang sedikit nih... yaitu kesimpulan terakhir, gimana perbandingan keuntungan dan kerugian jika lumpur dibuang ke laut dari sudut pandang anda?

Salam,
Sad Agus