Sunday, March 04, 2007

Lumpur Sidoarjo: Menunggu ledakan "bom" sosial?

Sampai hari ini, masalah tuntutan ganti rugi oleh warga Perum Tanggul Angin Sejahtera 1 belum jelas. Apa yang akan dilakukan warga? Mari kita simak laporan suarasurabaya.net berikut ini:

02 Maret 2007, 17:59:04, Laporan Ratna Puspita Sari
Senin, Warga PerumTAS 1 Aksi Lagi
ssnet Warga korban lumpur asal Perum TAS 1, rencanakan kembali unjuk rasa pada Senin (05/03), di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya.

AGUSTINUS SAXON diantara perwakilan warga pada RULLY reporter Suara Surabaya mengatakan, mereka akan konvoi dengan menggunakan sepeda motor mulai dari Pasar Baru Porong, pada pukul 07.00 WIB. Jumlah massa yang dikerahkan sekitar empat ribu orang.

AGUSTINUS mengatakan, ribuan pengunjukrasa ini dimungkinkan juga akan dilanjutkan dengan aksi blokade jalan, seperti kejadian unjuk rasa pada 22 Februari lalu. Hanya AGUSTINUS masih belum bisa memastikan lokasi tempat unjuk rasa, semua tergantung situasi di lapangan.

Dalam unjuk rasa pekan depan, yang dituntut warga masih mengenai kepastian ganti rugi. Mereka menuntut ganti rugi diberikan secara tunai atau cash and carry bukan ganti rumah dalam konsep restlement.

************
Kita belum tahu apakah rencana demontrasi itu akan terlaksana atau tidak. Bila terlaksana, sangat mungkin akan timbul lagi kemacetan lalu lintas. Banyak warga lain yang turut dirugikan dengankemacetan itu.

Pada demontrasi yang lalu, polisi membubarkan mereka. Apakah hal itu harus terulang lagi? Ada bayangan kekhawatiran akan hal itu berkembang menjadi lebih buruk, misalnya warga menjadi lebih beringas karena merasa diabaikan atau dipermainkan atau tidak diperdulikan. Atau, ada kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya kerusuhan yang meminta korban jiwa.

Apapun yang terjadi, semua itu adalah tanggungjawab Pemerintah, karena salah satu fungsi Pemerintah adalah untuk kesejahterasan masyarakat. Terombang-ambingnya nasib mereka adalah simbol dari ketidakmampuan Pemerintah menyelesaikan persoalan.

Semburan lumpur di Sidoarjo itu belum dapat dihentikan, dan juga belum dikatahui kapan berakhirnya. Usaha untuk menghentikannya pun masih terus dilakukan. Namun, adalah kenyataan bahwa ada sebagian penduduk yang sangat menderita karena situasi yang tidak menentu itu. Apakah mereka juga harus hidup dalam ketidak menentuan? Sampai kapan?

Karena itu, sekarang bukan saatnya lagi mencari apa penyebab semburan lumpur itu dan bagaimana mana mengatasinya, atau berdebat tentang siapa yang bertanggungjawab aatas semburan itu. Yang penting dilakukan adaah bagaimana agar tidak ada warga yang menderita karena semburan itu. Dan Itu tanggungjawab Pemerintah.

Salam dari Ancol, 4 Februari 2007
Wahyu