Tuesday, December 19, 2006

MENANTI HARI LUMPUR MENYERGAP

Musim hujan telah tiba. Semburan lumpur terus berlangsung. Lumpur terus merayap mendekati untuk menggenangi. Kita menghitung hari .........., hari lumpur tiba dan menggenangi.

Lumpur tidak akan menunggu kita selesai mengungsi
tidak akan menunggu ganti rugi selesai dibagikan
tidak akan menunggu jalan tol
tidak akan menunggu rel kereta api
tidak akan menunggu pipa gas, direlokasi
Juga tidak akan menunggu pelabuhan selesai dibangun


Akankah lumpur mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2007???

21 Desember 2006, 19:08:02, Laporan J. Totok Sumarno
Di Ketapang Keres
Tanggul Setengah Hati, Air Keruh Deras Mengalir

ssnet| “Lha gimana kalau bukan setengah hati? Sudah ditanggul, tapi aliran airnya masih deras. Gimana ini? Apa nanti nggak sia-sia? Tanggulnya saja cuma seperti ini. Lihat saja airnya itu deras sekali, jangan-jangan malah jebol? Soalnya aliran air itu memang keluar sebelum lumpur. Biasanya setelah air disusul lumpur”.

Kondisi tanggul penahan lumpur yang berada paling dekat dengan aliran lumpur di lokasi RT 1 RW 1 Ketapang, tingginya sekitar 1,5 meter. Lumpur memang tertahan dan tidak bergerak, tetapi dari bagian bawah tanggul, terlihat air mengalir cukup deras.

Sementara itu, tanggul di sepanjang lokasi Ketapang Keres yang berdekatan dengan rel kereta api, dibuat di sisi kiri dan kanan jalan. Hanya beberapa meter saja tanggul yang dibuat, dan air berwarna keruh terlihat dibagian tengah tanggul mengalir dengan deras.

Kamis (21/12) sampai sekitar pukul 12.00 Wib, dari pantauan suarasurabaya.net, memang tidak terlihat aktivitas penanggulan atau datangnya truk-truk pengangkut sirtu. Meski penanggulan sudah dilakukan sejak Rabu (20/12) kemarin, tapi sampai Kamis (21/12) tanggul masih belum diselesaikan. Terbukti, air terlihat terus mengalir dari bawah tanggul itu.


Selasa, 19 Desember 2006 20:35 WIB
NUSANTARA - Jawa Timur
Perekonomian Jawa Timur Terancam Kolaps

SURABAYA--MIOL: Perekonomian beberapa daerah di Jawa Timur (Jatim) bagian timur, terancam kolaps karena dampak dari penutupan jalan tol Gempol-Porong sejak ledakan pipa gas Pertamina di lokasi genangan lumpur Porong, Sidoarjo.

Hal itu terungkap dari hasil pertemuan antara Gubernur Jatim Imam Utomo dan Bupati Probolinggo, Pasuruan, Malang, Wali Kota Malang, Kota Batu, serta Wali Kota Pasuruan di Rumah Dinas Gubernur Jalan Imam Bonjol, Surabaya, Selasa (19/12).

Menurut Gubernur Jatim Imam Utomo, sejak peristiwa semburan lumpur di Porong, transportasi jalan tol terputus. Kendaraan hanya bisa melewati Jalan Raya Porong, sehingga kondisi pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah bagian timur Jatim mengalami penurunan hingga 15%. Tetapi, Imam tidak menyebutkan angka nominal kerugian tersebut. ''Tiap bupati dan wali kota menjelaskan, tingkat kerugian yang dialami akibat lumpur bervariasi,'' kata Gubernur, setelah mendengarkan paparan para bupati dan wali kota.

Sementara itu, jumlah warga dari Desa Ketapang, Tanggulangin yang mengungsi ke Pasar Baru Porong dan Balai Desa Ketapang terus bertambah. Hingga kemarin tercatat sekitar 10 ribu korban lumpur mengungsi. Antara lain 2.790 keluarga atau 9.509 jiwa mengungsi di Pasar Baru Porong, kemudian 100 keluarga atau 400 jiwa dari Desa Ketapang ke Balai Desa Ketapang, serta lokasi pengungsian di kantor Pendidikan dan Latihan Dinas Sosial, Sidoarjo, 25 keluarga atau 79 jiwa.

Dilaporkan pula, kondisi rel kereta api jalur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi di Desa Ketapang semakin terancam. Air lumpur di persawahan desa itu sudah semakin mendekati rel, hanya berjarak kurang dari tiga meter. Pihak PT Kereta Api Indonesia berencana melakukan relokasi rel tersebut, namun hingga kini masih dalam pengkajian. (FL/HS/OL-01)


19 Desember 2006, 18:16:54, Laporan J. Totok Sumarno
Kesulitan Angkutan Evakuasi, Sementara Lumpur Tambah Tinggi
ssnet| “Kita sudah mulai kemarin mretheli barang-barang yang ada di dalam rumah. Bahkan sampai Selasa (19/12) ini kita masih terus ngangkuti barang-barang, tapi angkutannya nggak ada. Kita kesulitan, soalnya lokasi ini sudah hampir terkepung lumpur. Lumpurnya memang tambah tinggi terus”.

MARWAN warga RT 10 RW 3 Ketapang menyampaikan itu saat ditemui suarasurabaya.net, Selasa (19/12). Bersama dengan sejumlah warga lainnya, MARWAN terus mengevakuasi barang-barang, dan diletakkan ditepi jalan.

Beberapa warga lainnya, justru sudah membongkar barang-barang berharga yang ada di rumah, seperti kusen dan alat-alat kelistrikan, tapi tidak tahu dengan apa harus diangkut. Terpaksa barang-barang yang sudah dipretheli itu diletakkan didepan rumah masing-masing.

Untuk mencegah luberan lumpur mendekati barang-barang tersebut, warga memasang batu bata atau kayu tidak terpakai untuk menyanggah barang-barang tersebut. “Sementara kita beginikan dulu, sambil nunggu angkutan datang,” tambah MARWAN.

Lokasi RT 10 RW 3 Ketapang berada agak menjorok dari kawasan Ketapang Keres. Karena lokasinya agak jauh didalam, sementara beberapa akses masuk menuju kawasan tersebut sebagian memang sudah tergenangi lumpur panas. Hal itu juga yang membuat angkutan evakuasi akhirnya memasang tarif agak mahal.

19 Desember 2006, 18:12:36, Laporan Eddy Prasetyo
Persiapan Pelabuhan Probolinggo dan Pasuruan Dipercepat
ssnet| Pemerintah Propinsi Jawa Timur mempercepat persiapan pelabuhan-pelabuhan di Pasuruan dan Probolinggo sebagai sarana angkutan alternatif komoditi di daerah industri Pasuruan dan Probolinggo yang terganggu akibat banjir lumpur Lapindo di Porong.

Dalam tempo seminggu ini, Adminitrasi Pelabuhan (Adpel) Tanjung Perak dan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) harus sudah memiliki konsep persiapan pelabuhan di Pasuruan dan Probolinggo. Hal ini dikatakan IMAM UTOMO Gubernur Jawa Timur pada suasurabaya.net, Selasa (19/12).

Menurut IMAM, pihaknya mengundang 6 kepala daerah yang wilayahnya terkena imbas pada sektor ekonomi akibat lumpur di Porong. Lima daerah itu adalah Bupati dan Walikota di kawasan Malang Raya (Walikota dan Bupati Malang, serta Walikota Batu), Walikota Pasuruan, Bupati Pasuruan, dan Bupati Probolinggo. Laporan ini menurut IMAM, kan dilaporkan ke SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Presiden RI dalam satu dua hari ke depan.

Selain revitalisasi pelabuhan di Pasuruan dan Probolinggo, keretaapi sebagai angkutan barang akan dioptimalkan. IMAM menjamin jalur KA masih aman meskipun kemarin sempat diancam lumpur yang jaraknya mencapai 3 meteran.

HARI SUGIRI Kadishub Pemprop Jatim menambahkan angkutan barang melalui KA akan dilakukan mulai Februari 2007 mendatang. Kereta api barang ini akan melalui jalur Bangil menuju Tanjung Perak. Jika jalur ini tak memungkinkan, bisa dilalui jalur memutar dari Malang, Kertosono, Surabaya.

19 Desember 2006, 19:50:11, Laporan Zulfa Ely Agus Tiana Wati
Penanggulan Dekat Rel KA Ditolak Warga
ssnet| Rencana pembuatan tanggul dekat rel kereta api di Desa Ketapang ditolak warga karena belum jelas soal ganti rugi.

SYAIFUL ILLAH Wakil Bupati dan ARIF SETIAYADI Bagian Desain dan Supervisi Tim Nasional Penanggulangan Lumpur datang ke lokasi dan sudah siap satu Buldoser dan 3 truk sirtu untuk menanggul dekat rel kereta api yang terancam lumpur terus mengalir.

Tapi ketika penanggulan akan dilakukan, seperti dilaporkan YULIA reporter Suara Surabaya, Selasa (19/12), tiba-tiba warga Desa Ketapang berbondong-bondong datang dan maminta untuk tidak dilakukan penanggulan. Alasannya, kalau dilakukan penanggulan maka Desa mereka akan tengglem dengan lumpur. Padahal mereka belum termasuk kesepakatan dengan Lapindo mendapatkan cash and carry.

Demi suatu kesepakatan, akhirnya SYAIFUL dan warga berunding di Balai Desa Ketapang membuat perjanjian hitam di atas putih supaya mereka mendapatkan ganti rugi. Kalau itu tidak dipenuhi maka penanggulan tidak boleh diakukan. Dalam perundingan tersebut juga hadir beberapa polisi, Dandim Sidoarjo di Balai Desa Ketapang.

Saat warga mengajukan kepastian ganti rugi sempat ada saling lempar tanggung jawab antara Timnas dan Wakil Bupati. Akibatnya, perundingan deadlock.

Sedangkan ARIF SETIAYADI mengatakan, kalau memang Desa Ketapang tidak bisa di tanggul maka mereka akan menanggul Desa Kedungbendo karena lumpur ini harus ditahan agar tidak sampai di rel kereta api. Perundingan ini juga sempat terganggu dengan Polisi yang menangkap satu diantara warga yang ternyata bukan termasuk warga Desa Ketapang.

Sampai saat ini, penanggulan ini masih belum dilakukan. Karena warga masih berunding sementara pasukan Dalmas, Timnas dan pekerja lapangan sudah berada di tempat yang akan ditanggul.

19 Desember 2006, 17:39:24, Laporan J. Totok Sumarno
Bahaya!! Saluran Irigasi Penuh Lumpur
Jarak Lumpur Panas Dengan Rel Tinggal Selangkah
ssnet| Akibat jebolnya tanggul di sekitar Desa Reno Kenongo, Senin (18/12) petang kemarin, luberan lumpur panas memenuhi saluran irigasi dekat rel kereta api. Sedangkan jarak luberan lumpur panas dengan rel kereta api, Selasa (19/12) hanya tinggal selangkah saja.

“Seperti yang terlihat di lokasi sekitar 100 meter dari Ketapang Keres ke arah barat, luberan lumpur panas dari saluran irigasi sudah sampai rerumputan dibawah kerikil yang ada disisi kiri kanan rel kereta api. “Wah kalau nanti ada yang jebol lagi tanggul disekitar sini, rel kereta api pasti kena lumpur panas juga,” ujar KARTONO warga Tulangan, Sidoarjo yang kebetulan melihat luberan lumpur panas dekat rel kereta api tersebut, Selasa (19/12).

Selasa (19/12) mengutip laporan YULIA DAMAYANTI reporter suarasurabaya dilokasi Desa Ketapang, Kecamatan Tanggulangin, upaya perundingan antara Muspika Sidoarjo dengan warga masyarakat menyoal penanggulan kawasan dekat rel kereta api masih berlangsung alot.

19 Desember 2006, 16:39:45, Laporan J. Totok Sumarno
Di Ketapang
Laju Lumpur Panas Disertai Asap Seperti Tak Terbendung

ssnet| Setelah Senin (18/12) petang kemarin tanggul di Reno Kenongo jebol, luberan lumpur panas terus bergerak masuk kekawasan Ketapang. Selasa (19/12) laju luberan lumpur panas yang disertai asap putih seperti tidak terbendung. Bergerak cepat menggenangi pemukiman.

“Untungnya seluruh barang dagangan sudah diungsikan. Sekarang ini tinggal mbongkar sisa bangunan yang ada. Lumpurnya itu memang cepat sekali luberannya. Nggak seperti sebelumnya, sekarang ini lumpurnya cepat sekali bergerak,” kata UDIN warga Ketapang Keres, Selasa (19/12).

18 Desember 2006, 18:46:03, Laporan J. Totok Sumarno
Dua Titik Semburan Dengan Bubble Ditemukan
ssnet| Dua titik semburan air dilengkapi dengan bubble atau gelembung-gelembung udara, Senin (18/12) ditemukan di persawahan warga dan dekat jembatan bailey yang ada Desa Pejarakan, Porong.

“Kalau Minggu (17/12) kemarin itu, gelembung-gelembungnya itu kelihatan lebih banyak, dan besar-besar. Semburannya memang cuma sekitar 10 sampai 15 cm saja. Termasuk yang ada didekat jembatan bailey disana itu,” ujar MUKLIS satu diantara operator mesin pompa yang ada dibekas persawahan warga Desa Pejarakan, Senin (18/12).

Semburan air dengan gelembung tersebut terlihat jelas dengan lebar area sekitar satu meter dan lebar sekitar satu setengah meter. semburan air di lokasi bekas perswahan warga Pejarakan itu berada persis dibawah tiang listrik tegangan tinggi.

Sedangkan satu titik semburan air lainnya, yang juga dilengkapi dengan gelembung-gelembung udara terlihat tak jauh dari lokasi jembatan bailey. Dibandingkan dengan semburan yang berada di bekas persawahan Desa Pejarakan, titik semburan di lokasi dekat jembatan bailey terlihat lebih kecil.

Sebelumnya, beberapa semburan yang dilengkapi dengan bubble atau gelembung-gelembung udara juga pernah muncul dibeberapa tempat. Di Desa Jatirejo dan persawahan Desa pejarakan, yang sudah tenggelam dalam lumpur bercampur air, semburan seperti itu juga pernah muncul.

18 Desember 2006, 18:07:32, Laporan Zulfa Ely Agus Tiana Wati
Jembatan Raya Porong Retak Hingga 7,6 Cmssnet| Jembatan tol di atas Raya Porong mengalami pergeseran retakan hingga mencapai 7,6 cm.

Dilaporkan MARTHA reporter Suara Surabaya, Senin (18/12), pengukuran yang dilakukan Jasa Marga Senin pagi, retakan tol mengalami pergeseran yang lambat selama 4 hari ini.

Pergeseran retakan tol yang bisa ditoleransi sekitar 13 cm jadi sampai Senin siang tinggal 5,4 cm lagi sampai batas maksimal pergeseran tol yang bisa ditolelir.

ISKANDAR Kasubag Pemeliharaan Jasa Marga mengatakan, ada 2 titik retakan yang dominan dan sangat rawan. Yang paling parah di sekitar KM 37 dekat pusat semburan lumpur keretakannya sekitar 6 cm. Sedangkan retakan yang lain di kolong 4 dari KM 37 dari lebar retakan sekitar 3 sampai 4 cm.

Kata ISKANDAR, kondisi jembatan tol yang ada tepat di atas Raya Porong sejauh ini masih aman. Tidak ada keretakan yang mengkhawatirkan. Struktur jembatan masih bagus, tapi yang tidak bisa diprediksi adalah struktur tanah yang labil mengalami pergerakan. Tanpa gerakan tanah yang signifikan kecil kemungkinan jembatan tol di atas Raya Porong ini akan ambruk.

18 Desember 2006, 18:15:37, Laporan Eddy Prasetyo
Hujan Deras
Lumpur Panas Bergerak Makin Liar

ssnet| Hujan deras selama kurang lebih 1 jam mulai pukul 16.00 hari ini di sekitar Porong dan Tanggulangin mengakibatkan lumpur panas mengalir deras menuju Utara. Desa Ketapang Kecamatan Tanggulangin menjadi korban derasnya aliran lumpur panas ini.

TRI MARTHA HERAWATI reporter Suara Surabaya melaporkan sebagian warga Desa Ketapang sudah mengungsi akibat derasnya aliran lumpur panas yang diduga berasal dari luberan di pond A Desa Reno Kenongo. Saat berita ini ditampilkan upaya evakuasi warga di Desa Ketapang masih berlangsung.

Pantauan di dekat jembatan Porong yang sudah diinstruksikan untuk dibongkar, garis depan lumpur sudah mencapai jarak sekitar 5 meter dari ruas rel. Lumpur panas tersebut mengepulkan asap putih tebal dan mengundang perhatian pengguna Jl. Raya Porong.

Sementara itu pantauan di Jl. Ketapang Keres, lumpur sudah mulai berjarak sekitar 30 meter dari rel KA.

AKP SARTONO Kepala Induk PJR Tol Jatim I pada Suara Surabaya juga melaporkan tanggul di dekat pabrik Omo Desa Reno Kenongo jebol dan mengakibatkan lumpur mengalir deras ke arah Utara. “Kalau ini dibiarkan, tak perlu menunggu lama pasti Jalan Raya Porong akan kena lumpur juga,” tegasnya.

Dilaporkan MARTHA juga, upaya penanggulan hingga berita ini ditampilkan belum juga dilakukan Timnas Penanggulangan Lumpur Sidoarjo.

Senin, 18 Desember 2006 20:34 WIB
NUSANTARA - Jawa Timur
Lumpur Mengalir Deras, Warga Ketapang Panik
Media Indonesia online.
Penulis: Heri Susetyo

SIDOARJO--MIOL: Ratusan warga di Desa Ketapang Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Senin (18/12) malam, panik. Soalnya, lumpur mengalir deras memasuki kawasan desa ini.
Lumpur yang semula hanya menggenangi wilayah RT 1 dan areal persawahan RT 7 kini terus meluas. Lumpur akhirnya memasuki kawasan pemukiman RT 7 bahkan terus mengalir menggenangi RT 8,9 dan 10.
Warga yang panik ini berlarian berusaha menyelamatkan perabotan rumah dengan alat transportasi seadanya. Sebagian menggunakan kendaraan roda dua, gerobak, becak dan kendaraan terbuka roda empat.
Warga yang panik ini rata-rata menyayangkan kinerja Tim Nasional Penanggulangan Lumpur Panas Sidoarjo. Mereka menilai timnas tidak maksimal bekerja sehingga membuat kawasan mereka terendam.
Kekesalan warga ini kemudian dilampiaskan dengan memblokir Jalan Raya Porong. Warga memblokir jalan dengan perabotan serta menghadang kendaraan yang lewat.

Aliran Lumpur Mendekati Jalan Raya Porong
Kompas cybermedia, 18 Desember 2006, 23.31.
SIDOARJO, KOMPAS – Genangan lumpur panas yang terus meluas di Desa Ketapang, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, kini alirannya makin mendekati rel kereta api jurusan Surabaya-Malang/Banyuwangi dan Jalan Raya Porong. Padahal, jalan raya Porong merupakan jalur utama dari arah Surabaya menuju Malang dan Surabaya Banyuwangi setelah jalan tol terendam lumpur panas.
Berdasarkan pemantauan, Senin (18/12), jarak lumpur terluar di Desa Ketapang tinggal sekitar 100 meter dari rel kereta api dan Jalan Raya Porong. Namun demikian, belum ada upaya pembuatan tanggul di desa tersebut.
Permukiman Desa Ketapang terletak di sebelah utara Desa kedungbendo yang sudah terendam lumpur terlebih dahulu. Tepat di sebelah timur desa itulah rel kereta api dan Jalan Raya Porong berada.
Lumpur mengalir mendekati rel dan Jalan Raya Porong melalui gang-gang di sekitar permukiman warga dan jalan Desa Ketapang. Di sinilah persoalannya. Apabila tanggul akan dibangun, maka lokasinya tidak akan mudah karena kawasan di sisi rel penuh permukiman.
Juru Bicara Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo Rudy Novrianto, menyatakan, tengah mengupayakan pembuatan tanggul. Pengerjaannya, dimulai Senin petang.
Pembangunan tanggul, lanjut Rudy, sempat menemui kendala di lapangan. Pasalnya, warga Desa Ketapang menolaknya. (LAS)

15 Desember 2006, 15:57:22, Laporan Iping Supingah
Hasil Evaluasi
Jembatan Tol Porong, 40 Hari Lagi Bahaya Sekali!

ssnet| Dalam waktu 40 hari jembatan tol di atas Raya Porong sudah bahaya sekali. Demikian prediksi dari hasil evaluasi yang disampaikan Ir. HARY FAZAH Ketua Tim Penanganan Jembatan Tol Porong dari Bina Teknik Direktorat Jenderal Pu Bina Marga.

Pada Suara Surabaya, Jumat (15/12) HARY FAZAH menjelaskan, sejak tanggal 4 sampai 9 Desember terjadi retakan 8 cm. Dalam rentang waktu itu ada retakan 1 cm dan progres itu diasumsikan linier, sehingga bisa diprediksi dalam 40 hari jembatan tol Porong kondisi alarm atau sudah bahaya sekali.

Kata HARY, masalahnya pada pondasi di bawah yang terpengaruh pergerakan tanah. Jembatan tol Porong retak bukan pada strukturnya, tapi pergerakan antara 2 bangunan di atas pilar jembatan. Di atas pilar itu ada dudukan jembatan yang besarnya sekitar 45 cm. Itulah yang jadi pertimbangan seberapa besar pergerakannya.

HARY FAZAH menegaskan, akibat pergerakkan horizontal itu jembatan tol Porong harus segera dibongkar, karena progresnya meningkat terus. Sementara waktu pembongkaran jembatan tol Porong belum ditentukan, sebab menunggu keputusan Departemen PU Bina Marga. Hasil evaluasi itu sendiri baru akan disampaikan ke Departemen PU Bina Marga Senin (18/12) mendatang.


14 Desember 2006, 17:15:10, Laporan Eddy Prasetyo
Perumtas I Tersisa 6 Gang Lagi
ssnet| Lumpur yang menyapu Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera I Desa Kedung Bendo sampai Kamis (14/12) siang masih menyisakan 6 gang lagi. Kompleks yang terdiri atas 8.300 rumah berbagai tipe ini menyisakan Blok J 5, 6, dan 7, serta Blok K 9, 10, dan 11.

Derasnya aliran lumpur membuat warga yang rumahnya belum tergenang lumpur bergegas menyelamatkan harta bendanya yang tersisa. Tak hanya perabotan rumah tangga, bahkan kusen, pagar besi, sampai kuda-kuda rumah pun diselamatkan sebelum lumpur menyapu rumah.

Ia menyesalkan Timnas Penanggulangan Luapan Lumpur Sidoarjo yang lamban menangani luapan lumpur sehingga arus lumpur yang mulanya mengarah ke Kali Porong, kini malah mengalir ke Utara yang padat pemukiman.

Jika keadaan seperti ini tak juga ditanggulangi Timnas, JOKO yakin dalam dua hari saja 6 gang itu sudah ikut tersapu lumpur seperti ribuan rumah di Perumtas I lainnya di sebelah Selatan yang telah lebih dulu tenggelam.

Jarak antara garis depan lumpur dengan Kali Tengah yang menjadi batas Perumtas I dengan Desa Kedung Bendo RT 14 kini praktis hanya kurang dari 200 meter saja.

Kamis, 14 Desember 2006 13:23 WIB
NUSANTARA - Jawa Timur
Pengungsi Korban Lumpur di Porong 8.000 Jiwa

Penulis: Heri S

SIDOARJO--MIOL: Pengungsi korban lumpur di Pasar Baru Porong (PBP), Kabupaten Sidoarjo, terus berdatangan dan jumlahnya saat ini mencapai lebih dari 8.000 jiwa.
Data di posko pengungsian PBP hingga Kamis siang (14/12), tercatat 2.403 keluarga atau 8.030 jiwa. Mereka terdiri dari warga Desa Kedungbendo Kecamatan Tanggulangin sebanyak 2.225 keluarga atau 7.451 jiwa dan warga Desa Renokenongo Kecamatan Porong sebanyak 178 keluarga atau 579 jiwa.
Terus bertambahnya pengungsi di PBP pascaledakan pipa gas pada 22 November lalu semakin mendekati angka jumlah pengungsi sebelum terjadinya ledakan. Sebelum terjadi ledakan pipa gas, PBP sudah dijadikan tempat pengungsian yang menampung 2.605 keluarga atau 9.936 jiwa.
Semakin meningkatnya jumlah pengungsi ini tidak diimbangi dengan fasilitas yang ada di PBP. Sebab 50 ruko dan 272 kios berbagai ukuran yang ada di pasar itu juga sudah tidak mampu menampung pengungsi. Sehingga lebih dari 500 jiwa saat ini harus tinggal di kios terbuka tanpa dinding. Mereka yang tidur di tempat terbuka itu juga semakin bertambah karena setiap hari pengungsi baru terus berdatangan.
Sementara itu, pergerakan air lumpur juga semakin meluas memasuki wilayah Desa Ketapang Kecamatan Tanggulangin. Padahal Desa Ketapang yang bersebelahan dengan Desa Tanggulangin ini jaraknya hanya seratus meter dari Jalan Raya Porong. Sehingga tidak mustahil dalam hitungan beberapa hari maka lumpur akan masuk ke Jalan Raya Porong.

Kamis, 14 Desember 2006 18:56:00
Sejumlah Rumah yang Dibiayai Bank BTN Terancam Lumpur Lapindo
Jakarta-RoL-- Sejumlah rumah yang dibiayai melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank Tabungan Negara (BTN) terancam genangan lumpur dari PT Lapindo Brantas sehingga nasibnya sewaktu-waktu juga dapat menyusul rumah lainnya yang terendam lumpur.

"Terdapat empat lokasi perumahan yang dibiayai kita yang saat ini lumpurnya sudah masuk ke permukiman," kata Direktur Kredit Bank Tabungan Negara, Siswanto kepada wartawan disela-sela penyelenggaraan Rakernas REI 2006 di Jakarta, Kamis (14/12).

Rumah yang terancam terendam lumpur tersebut dipekirakan sebanyak 3.600 unit dengan nilai KPR Rp70 miliar serta telah terbangun sejak lima tahun lalu.

Siswanto menjelaskan, rumah-rumah tersebut masuk ke dalam wilayah Ring 3 dari pusat semburan lumpur PT Lapindo Brantas, sehingga tinggal menunggu waktu rumah-rumah itu bernasib sama dengan yang berlokasi di Ring 1.

Dia mengharapkan apabila sampai rumah-rumah yang dibiayai BTN itu sampai terendam lumpur maka PT Lapindo Brantas juga harus komit untuk mengganti kerugian sepertihalnya dengan rumah-rumah yang terlebih dahulu terendam lumpur di Ring I.

Kompas Cyber Media, rabu 6 Desember 2006
Kepemilikan Tanah Jadi Persoalan Rumit

SIDOARJO, KOMPAS - Status kepemilikan tanah dalam proses ganti rugi korban semburan lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, akan menjadi persoalan rumit karena hanya sebagian kecil warga yang memiliki sertifikat. Kalaupun tanah tersebut dibeli Lapindo Brantas Inc, sesuai dengan Undang-Undang Agraria, perusahaan itu tidak boleh memiliki tanah dengan status hak milik.
"Hanya perseorangan, bank pemerintah, koperasi, dan yayasan sosial yang boleh memiliki tanah dengan status hak milik," kata ahli hukum tanah Universitas Airlangga Surabaya, Urip Santoso, Selasa (5/12).
Solusinya, menurut Urip, tanah yang dibeli itu statusnya dimiliki perseorangan, misalnya atas nama Nirwan Bakrie. Namun, itu masih terbentur pada Keputusan Menteri Negara Agraria dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 1998 yang menetapkan seseorang bisa memiliki tanah maksimal 5.000 meter persegi.
"Persoalan ini harus dipahami sejak awal sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari," kata Urip.
Di lapangan, Lapindo Brantas Inc mensyaratkan ganti rugi dalam proses jual-beli akan diberikan untuk tanah-tanah yang memiliki sertifikat. Padahal, menurut Camat Porong Mulyadi, jumlah warga yang memiliki sertifikat tanah tidak sampai 10 persen. Sebagian besar warga hanya memiliki bukti kepemilikan dalam bentuk Petok D atau bahkan sebatas tercatat dalam pembukuan desa yang disebut Letter C.
Butuh waktu satu tahun
Di Jakarta, Direktur Utama PT (Persero) Pertamina Ari Soemarno menyatakan, pihaknya membutuhkan waktu hampir satu tahun jika harus memindahkan (rerouting) secara permanen pipa gas yang kini masih berada di bawah tanggul kolam penampung luapan lumpur panas Lapindo.
Adapun untuk memindahkan pipa gas secara sementara ke sebelah barat tanggul kolam lumpur panas sepanjang 12 kilometer dibutuhkan 48-60 hari.

Suara Surabaya Net
01 Desember 2006, 10:58:04, Laporan Iping Supingah
Terjadi Keributan
Demo Warga Korban Lumpur Diduga Disusupi

ssnet| Di tengah-tengah demo ribuan massa korban lumpur, terjadi sedikit keributan, diduga ada penyusup diantara aksi demo di Pendopo Kabupaten Sidoarjo itu.

Dilaporkan YULIA reporter Suara Surabaya, Jumat (01/12), keributan berawal sekitar pukul 10.00 saat SULAIMAN warga Perumtas Blok L datang ke pendopo membawa 50 massa dan spanduk. Mereka melakukan orasa dan bersholawat. Tapi satu diantara pengikutnya ketika ditanya warga lain tidak tahu ia warga mana dan saling lempar pandangan.

Sekarang SULAIMAN diamankan di Mapolres Sidoarjo dan 50 orang pengikutnya lari. Ditengarahi demo di Pendopo Kabupaten Sidoarjo hari ini ada penyusupnya. Sementara pendemo lainnya sudah ditenangkan petugas Bina Mitra Polres Sidoarjo sambil menunggu ada jawaban dari Timnas dan Lapindo.

Suara Surabaya Net
30 November 2006, 14:19:37, Laporan Iping Supingah
Tumpuan Jembatan Bergeser
Jembatan Tol di Atas Jalan Raya Porong Rawan Ambruk

ssnet| Jembatan tol Porong yang melintas di atas jalan Raya Porong, Sidoarjo rawan ambruk. PKL dan Pos Polisi di bawah jembatan tersebut hari ini dievakuasi. Pengguna jalan pun diharapkan waspada saat melintas di bawah jembatan ini.

Jembatan tol Porong ini mengalami pergeseran tumpuan jembatan dan sambungan yang melintang di tengah jembatan.

Ir SUBAKTI SYUKUR Kepala PT Jasa Marga Cabang Surabaya Gempol pada RULLY reporter Suara Surabaya, Kamis (30/11) mengatakan, akibat land subsidence (penurunan tanah) tumpuan jembatan tol Porong bergeser 6 cm pada sisi utara arah Gempol, sedang pada sambungan melintang di sisi tengah bergeser merekah sekitar 3 cm.

Dijelaskan SUBAKTI kondisi rawan seperti ini tidak hanya terjadi di jembatan tol di atas Raya Porong, tetapi juga di over pass Desa Siring yang selama ini menjadi lalu lintas dump truck pengangkut sirtu. Namun sejak Kamis (30/11) hari ini dinyatakan jembatan ini dilarang dilintasi karena keretakannya sudah melingkar.

Menurut SUBAKTI, ia tidak bisa memperkirakan kapan jembatan tol di atas Raya Porong akan ambruk. Situasinya masih butuh evaluasi dan pantauan harian yang terus akan disampaikan pada Timnas.

Situasi yang mengkhawatirkan di bawah jembatan tol Porong ini, jika terjadi antrean kemacetan 2 arah terutama di Tanggulangin ke arah Gempol yang hampir terjadi setiap hari. Ini rawan kalau jembatan ambruk, tapi Jasa Marga tidak punya kewenangan memutuskan perlu tidaknya Raya Porong ditutup melihat kondisi jembatan yang rawan ambruk itu.

30 November 2006, 10:01:34, Laporan Iping Supingah
Tuntut Ganti Rugi pada Lapindo
Puluhan Sopir dan Pemilik Lyn HL, HZ Unjuk Rasa

ssnet| Puluhan orang beserta mobil penumpang umum (MPU) yaitu lyn HL dan HZ berunjukrasa di kantor Bappeda Kabupaten Sidoarjo. Mereka menuntut ganti rugi pada Lapindo.

Dilaporkan RULLY reporter Suara Surabaya, Kamis (30/11) angkutan desa lyn HL ini rutenya Pasar Larangan - Desa Sentul - Banjar Panji - Glagah Arum - Mrisen - Reno Kenongo - Kedungbendo - Ketapang Keres - dan berakhir di Pasar Porong. Sedangkan lyn HZ rutenya Permisan ke Pasar Porong.

NURSALIM satu diantara pengemudi lyn HZ mengatakan, selama 5 bulan terakhir mereka sebenarnya sudah mengajukan proposal ganti rugi ke Lapindo, tapi belum ada jawaban sampai sekarang.

Sementara penurunan pendapatan terus terjadi dan puncaknya dirasakan seminggu terakhir, karena banyak warga keluar dari desa sekitar luapan lumpur, dan rute lyn HZ dan HL juga tergenang. Akhirnya mereka mengambil rute jalan tikus sehingga BBM meningkat dan penumpang jadi sepi bahkan tidak ada lagi karena sudah mengungsi di lokasi berbeda. Berikut penjelasan NURSALIM .

28 November 2006, 17:21:21, Laporan Eddy Prasetyo
Sampai Jalur Baru Dibangun
Rel Tanggulangin-Porong Dipertahankan

ssnet| Rel kereta api Tanggulangin-Porong akan dipertahankan sampai jalur baru relokasi rel selesai dibangun. Hal ini diungkapkan SOEMINO EKO SAPUTRO Dirjen Perkeretaapian Departemen Perhubungan pada suarasurabaya.net usai Rapat Koordinasi dengan Komisi V DPR RI di ruang VVIP Bandara Internasional Juanda, Selasa (28/11).

Dalam rute baru itu, KA tidak akan melewati Stasiun Tanggulangin dan Porong. Dari Surabaya, KA akan melewati Sidoarjo ke Stasiun Tarik. Dari Stasiun Tarik, rencananya akan dibangun jaringan rel baru yang menghubungkannya dengan Stasiun Gununggangsir sepanjang 16 km.

Untuk pembangunan jaringan baru ini, dibutuhkan waktu 2 tahun dan biaya sebesar Rp250 miliar. Darimana sumber pendanaan pembangunan jaringan rel baru ini? SOEMINO masih belum memastikannya, tapi jika dananya sudah tersedia, awal Januari 2007 sudah mulai dilakukan pembangunan setelah studi kelayakan oleh ITS selesai akhir Desember mendatang.

Untuk menghadapi musim hujan, SOEMINO optimis rel KA di sepanjang tanggul masih aman karena di sebelah Timur sepanjang rel KA sudah dibangun saluran air untuk mengalirkan air. “Sepanjang tanggulnya kokoh, rel KA tidak akan kebobolan lumpur,” ujar dia.

Salam, dari Ancol, 19 Desember 2006
Wahyu

Wednesday, November 29, 2006

Masalah Kaldera Lumpur Sidoarjo?: maaf, tidak ada dana Pemerintah! (Kebersamaan untuk Masalah Lumpur Sidoarjo)

Meskipun bencana lumpur di Sodiarjo dari hari ke hari makin banyak menimbulkan kerugian, tetapi Pemerintah masih berkeras pada pendiriannya: TIDAK ADA DANA PEMERINTAH UNTUK BENCANA ITU. Pada tahun anggaran 2006 dan 2007 nanti pun Pemerintah memang sengaja tidak mencadangkan dana (Detik.com, Rabu 29 Nopember 2006 jam 14.00 WIB).

Kita semuanya tahu bahwa dalam menghadapi masalah bencana itu masyarakat dibiarkan sendirian oleh Pemerintah. Dengan dalih bahwa semburan lumpur itu terjadi karena aktifitas Lapindo, maka semua urusan menjadi tanggungjawab perusahaan itu. Bila dilihat secara dangkal, hal itu memang benar. Siapa yang berbuat, harus bertanggungjawab. Tetapi mari kita lihat dari sudut pandang lain, dari sudut pandang bahwa kita semua adalah anggota dari suatu kelompok (negara).

Di dalam suatu kelompok yang anggota-anggotanya saling terikat satu sama lain, tentu ada semangat solidaritas kelompok. Semangat saling membantu bila ada anggota kelompok yang mendapat kesulitan. Semangat tersebut makin kuat seiring dengan makin kuatnya rasa saling terikat yang diraakan oleh anggota kelompok itu. Suatu contoh sederhana: bila kita bepergian dalam rombongan dengan berkenderaan. Bila ada salah satu kenderaan teman kita yang mengalami kesulitan, mogok misalnya, akankah kita membiarkan teman kita yang mengalami kesulitas itu begitu saja, dan kemudian kita tinggalkan di dalam kesulitan? Bila kelompok itu adalah kelompok yang sehat, pemimpin kelompok itu akan berhenti dan mencari tahu persoalan apa yang dihadapi oleh anggota kelompok itu. Kemudian, tergantung pada persoalannya, sebagian anggota kelompok yang dapat membantu kan diminta tinggal untuk memberikan pertolongan, dan anggota yang lainnya boleh meneruskan perjalanan

Di dalam satu keluarga pun juga demikian. Setiap anggota keluarga memiliki tanggungjawabnya masing-masing terhadap dirinya sendiri maupun terhadap keluarga / kelompok. Sampai batas tertentu, yaitu sejauh masih dapat diatasi sendiri oleh anggota keluarga itu, tentu segala persoalan menjadi tanggungjawab masing-masing anggota keluarga. Misalnya membersihkan kamar masing-masing atau pekerjaan lain yang disepakati pembagian tanggungjawabnya. Tetapi bila ada persolan yang dihadapi oleh salah satu anggota keluarga dan dia tidak sanggup menyelesaikan sendirian, tentu anggota keluarga yang lain akan membantu, dan bila persoalannya lebih sulit dan leboh luas lagi cakupannya, tentu tidak salah bila kepala keluarga yang ikut turun tangan, atau bahkan kepala keluarga harus turun tangan. Umpamanya bila ada dua orang kakak beradik yang berselisih dan sulit berdamai, tentu bapak atau ibu yang harus turun tangan mendamaikannya. Apakah bisa dibenarkan bila perselisihan itu didiamkan saja oleh kedua orang tuanya?

Persoalan Kaldera Lumpur Sidoarjo ini rasanya dapat kita lihat dari sudut pandang kekeluarkaan ini atau melihatnya dengan semangat solidaritas kelompok suatu masyarakat. Memang benar bahwa semburan lumpur itu terjadi di kawasan kerja PT. Lapindo Brantas Inc., dan perusahaan itu dinyatakan bertanggungjawab atas kejadian itu, tetapi apakah semua persoalan harus dibebankan dengan tanpa batas kepada PT. Lapindo Brantas Inc. Apabila persoalan itu kecil dan sederhana dan dapat diselesaikan, pendapat yang menyatakan bahwa semua persoalan adalah tanggungjawab PT. Lapindo Brantas Inc., dapat kita terima. Tetapi, bila ternyata persoalan itu terus berkembang sedemikian kompleksnya dan menyebabkan kerusakan yang sangat luas baik secara spasial maupun sosial dan menelan korban jiwa dan kita tidak tahu kapan persoalan itu berhenti atau akan terus berkembang, apakah benar bila semua tanggungjawab itu tetap dipikulkan kepada PT. Lapindo Brantas Inc.?

Kita semua mengikuti perkembangan persoalan semburan dan genangan lumpur di Sodiarjo itu, dan juga tahu bahwa persoalan lumpur itu dari hari ke hari makin terus membesar, makin banyak kerugian yang ditimbulkannya, dan kita tidak tahu kapan semua itu berakhir. Dengan semangat solidaritas kelompok, rasanya pantas kita bertanya: bagaimana peranan Pemerintah di dalam menyelesaikan persoalan semburan dan genaggan lumpur itu? Apakah Pemerintah akan terus berperan sebagai broker yang terus menekan PT. Lapindo Brantas Inc untuk bertanggungjawab, sementara kerugian makin besar dan korban jiwa telah berjatuhan? Atau, apakah Pemerintah akan bertindak sebagai pemimpin atau kepala keluarganya yang berusaha membantu anggota keluarga yang sedang mengalami kesulitan untuk lepas dari kesulitannya?

Dampak peran Pemerintah yang bertindak sebagai broker telah kita rasakan sekarang ini. PT. Lapindo Brantas Inc dapat kita katakan berhadapan langsung dengan berbagai pihak yang dirugikan oleh semburan dan genangan lumpur Sidoarjo itu. Akibatnya adalah persoalan ganti kerugian tidak belum selesai, para pengungsi terus di pengungsian tanpa kepastian (banyak diantara pengungsi yang mengungsi atas biaya sendiri), dan upaya menangani persoalan yang tanpa arah yang jelas, serta kerugian yang terjadi makin terus membesar. Memang benar, Pemerintah membentuk Tim Penanggulangan Lumpur, tetapi tim itu nampaknya lebih berkonsentrasi pada upaya menghentikan semburan lumpur, sementara itu persoalan nyata di lapangan sangat kompleks dan berada di luar kemampuan tim itu untuk menyelesaikannya.

Berkenaan dengan persoalan semburan dan genangan lumur Sidoarjo ini, ada satu hal yang dapat dipastikan, yaitu: kekhawatiran akan bencana yang lebih besar. Dengan kondisi semburan lumpur seperti sekarang ini yang menyemburkan lumpur lebih dari 150.000 meter kubik per hari, subsidence yang terus berjalan, musim hujan yang mulai berlaku, dan upaya penanganan lumpur seperti sekarang, maka masa depan kawasan itu penuh tanda tanya.

-------------------
Selanjutnya mari kita ikuti kondisi dan pikiran yang berkembang di sekitar masalah Kaldera Sidoarjo ini.
21 November 2006, 16:35:43, Laporan Eddy Prasetyo

Pemerintah Pusat Harus Ambil Alih

ssnet| Pemerintah Pusat harus mengambil alih upaya penanggulangan lumpur Sidoarjo dari Lapindo Brantas Inc. Hal tersebut dikatakan Dr. RUDI RUBIANDINI anggota Tim Penasihat Teknis Penutupan Lubang Semburan Lumpur pada Suara Surabaya, Selasa (21/11).

RUDI menilai Lapindo sudah tidak sanggup lagi menyesuaikan target kinerja penanggulangan lumpur. Ia mencontohkan upaya penutupan pusat semburan lumpur menggunakan relief well yang berjalan lamban karena terkendala faktor-faktor non teknis.

“Dari 180 hari jadwal yang kita rancang, hanya 5 minggu saja yang efektif digunakan untuk melakukan pengeboran di relief well 1 dan 2. Banyak kenala non teknis mulai dari alat-alat telat datang karena koordinasi kurang, keuangan Lapindo yang kembang kempis sehingga tenaganya tidak mau ngebor, dan masih banyak lagi,” ujarnya.

Muara dari masalah ini, kata RUDI, adalah likuiditas pendanaan proyek penanggulangan banjir lumpur. “Pemerintah seharusnya mulai turun tangan. Misalnya, soal sewa rig Pertamina. Semestinya dihandle dulu oleh Pertamina, nanti bisa diklaimkan ke pemerintah lewat cost recovery,” ujar RUDI.
(Bagian berita selanjutnya tidak dikutip)
-------------------------------

28 November 2006, 15:12:41, Laporan J. Totok Sumarno
Air dan Lumpur Panas Terus ‘Menghajar’ Perumtas

ssnet| Selasa (28/11) luberan lumpur panas dan air semakin melebar di kompleks Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (Perumtas). Luberan lumpur panas bahkan sudah masuk sampai hampir 100 meter dari jalan Raya Kedungbendo. Sedangkan air dingin yang deras mengalir sudah mencapai depan masjid Baiturrahman Kedungbendo.

“Mulai ledakan Rabu (22/11) sampai sekarang ini, lumpurnya sudah naik terus. Airnya juga naik. Sekarang ini, saluran air di Perumtas Blok A, AA dan F itu sudah penuh lumpur panas. Pemilik rumah di blok A dan AA sudah pergi semua,” ujar SUTIKNO petugas sekuriti kompleks Perumtas, Selasa (28/11).

Sampai Selasa (28/11) menurut SUTIKNO dan beberapa warga Perumtas lainnya yang ditemui suarasurabaya.net, Selasa (28/11) diujung blok F yang sudah mulai dialiri air, tidak ada upaya sama sekali dari Timnas maupun aparat lainnya untuk menghentikan laju lumpur dan air.

“Nggak ada apa-apa. Jangankan membuat tanggul, bantuan untuk evakuasi warga ini saja masih sangat minim. Apa kita ini mau ditenggelamkan, seperti di Jatirejo atau Kedungbendo sana? Warga sudah banyak yang mengungsi. Tapi nggak ada antisipasi apa-apa,” tutur BAMBANG HERIANTO veteran TNI-AD warga blok F Perumtas pada suarasurabaya.net, Selasa (28/11).
(Bagian akhir berita tidak dikutip)
-----------------------

27 November 2006, 20:10:39, Laporan J. Totok Sumarno
Evakuasi Perumtas
Ongkos Sewa Truk Mahal, Warga Mengeluh

ssnet| “Untuk sekali angkut dari Perumtas ke Gedangan, ongkosnya 750 ribu. Kalau dua kali angkut, ya tinggal dikalikan saja. Terlalu mahal itu. Nggak punya kita ongkos segitu. Nunggu truk dari tentara juga harus giliran, khawatir lumpur sudah masuk Mas”.

AGUS TRIANTO satu diantara warga Perumtas, kepada suarasurabaya.net, Senin (27/11) mengeluhkan mahalnya ongkos sewa truk untuk evakuasi barang-barang ke lokasi yang lebih aman.

Melihat kondisi masuknya lumpur yang deras dari tanggul di Jl. Raya Kedungbendo menuju ke Perumtas, beberapa truk dan mobil pick up, sengaja masuk ke lokasi perumahan untuk menawarkan jasa angkut.

Satu truk biasanya dilengkapi dengan sekurangnya 3 orang yang bertugas sebagai tukang angkuta barang dari dalam rumah ke atas truk serta membongkarnya ditempat tujuan. “Kita ini juga cari makan Mas. Harga segitu, nantinya juga dibagi-bagi kok. Makanya kalau dibilang terlalu mahal ya nggak juga,” ujar SUPARI satu diantara sopir truk yang ditemui suarasurabaya.net, Senin (27/11).

KUSTIANTI warga blok AA Perumtas juga mengatakan hal yang sama terkait mahalnya ongkos sewa truk. “Itu namanya memanfaatkan kesempatan!! Lihat orang lagi susah kayak gini kok malah bikin harga mahal!!” ucapnya dengan nada tinggi.

Menurut KUSTIANTI, sebelum kawasan Perumtas mulai tergenang lumpur, truk-truk dan pick up sewa itu beroperasi disekitar lokasi atau desa lainnya yang mulai terendam lumpur. “Mereka menawarkan harga yang jauh lebih murah. Giliran Perumtas yang kena mereka pasang harga tinggi. Kita ini sama-sama kesusahan, kok malah cari kesempatan,” gerutu KUSTIANTI masih dengan nada tinggi saat ditemui suarasurabaya.net, Senin (27/11).
-------------

27 November 2006, 19:26:07, Laporan Zulfa Ely Agus Tiana Wati

Ganti Untung Belum Terpenuhi
Pungli Mengusik Warga Desa Jatirejo


ssnet| Warga korban lumpur di Porong Sidoarjo melaporkan pungli (pungutan liar) yang dilakukan aparat Desa Jatirejo pada Bupati Sidoarjo.
Menurut warga Desa Jatirejo, seperti dilaporkan MARTHA reporter Suara Surabaya, Senin (27/11), pungli dilakukan aparat Desa Jatirejo untuk pengurusan surat-surat tanah dan ahli waris. Warga mengaku, dipungut Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu. Jika tidak dibayar, menurut pengakuan warga, surat-surat yang dibutuhkan tidak akan dipenuhi.

Mendengar laporan ini WIN HENDRARSO Bupati Sidoarjo langsung memanggil Camat Porong. Sementara itu, MULYADI Camat Porong mengakui ada pungli di Desa Jatirejo. Camat mengaku kecolongan ada aparatnya yang masih menarik uang pada warga korban lumpur.

Camat Porong ini sudah meminta uang yang dipungut ini dikembalikan lagi pada warga. Berikut penjelasan MULYADI, .

WIN HENDRARSO berjanji akan menindaklanjuti laporan warga ini. Badan pengawas Kabupaten Sidoarjo akan diturunkan untuk mengecek laporan warga tentang pungli di Desa Jatirejo. Jika terbukti bersalah, maka aparat yang bersangkutan akan dikenai sanksi.
-----------------

From: "harryrw"
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wed, 29 Nov 2006 07:58:44 +0700
Subject: RE: [iagi-net-l] Banjar Panji : what if...?? No Choice.....

Kalau boleh saya urun rembuk, menurut pengamatan saya, cukup banyak geoscientist yang berpendapat seperti sdr kabul bahwa pada akhirnya bencana ini harus diterima sebagai fenomena alam yang terlanjur diusik dan manusia tidak bisa mengontrolnya, dengan technologi yang ada sekarang dan dengan biaya yang wajar. Masalahnya sampai pada batas mana manusia c/o Lapindo dan pemerintah harus angkat tangan dan mulai menjadikan worst case option sebagai jalan yang harus di ambil, yang seperti sdr Kabul sebutkan yaitu memperkirakan daerah yang akan terkena dampak dari bencana ini secara geologi, merelokasi semua sarana dan memulai hidup dengan berdampingan dengan efek dari LUSI. Menentukan titik batas ini yang sulit, karena berbagai kepentingan berbenturan disini, baik ekonomi, politik, bisnis dsb dsb.
Tanpa harus menjadi naif, Mungkin sudah dilakukan suatu pertemuan khusus untuk mengevaluasinya dari berbagai sisi, menarik batas batas dan segera membuat suatu perencanaan yang jelas dan terbuka, menganggap masalah ini suatu yang sulit diterima oleh masyarakat awam adalah suatu sikap yang sudah tidak sesuai dalam era keterbukaan informasi seperti sekarang ini. Kalau mau menunggu, sampai kapan kita (/o warga sidoarjo)harus menunggu dan LAPINDO harus berusaha, sementara banyak dari kita di kalangan geoscientist yang beranggapan bahwa LUSI tidak bisa diprediksi kapan akan berhenti....
Harus ada suatu batas dimana pemerintah harus menyatakan secara resmi bahwa ini adalah bencana nasional dan harus ditangani dengan kadar yang sama dengan Tsunami di Aceh dan gempa di Bantul.

Harry RW
-----Original Message-----

From: Kabul Ahmad [mailto:kabul_ahmad@terralog.co.id]
Sent: Tuesday, November 28, 2006 5:31 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Banjar Panji : what if...?? No Choice.....

Saya orang yang tidak percaya atau paling tidak, pesimistis bahwa relief well akan berhasil mengatasi masalah si LUSI ini.-- Mohon maaf kepada pak Rudy Rubiandini ). Secara geomechanic dan terjadinya subsidence yang sudah sangat parah juga kondisi dimana aliran mud flow ke atas adalah thermal drive mechanism...panas geothermal vulkanik yang mendorong steam (uap panas) di bawah sana yang diperkirakan > 400 deg.C (jelas bukan air lagi, tapi panas bumi).
Saya pribadi kurang yakin dengan teori tektonik yang menggerakkan "mudvulkano" ini...tapi benar-benar panasbumi yang menggodok air formasi menjadi uap panas yang menerobos melalui lobang bor panjang yang tak diselubung dan disemen itu dan membawa serta lapisan formasi lempung/F. Kalibeng itu. Kalau disebut sebagai gejala shale diapir, mengapa suhu dipermukaan berupa uap panas hingga > 215 deg.F atau 100 deg C?? persis sumur-sumur di Kamojang sana ?

Dan mengapa tak berhenti ? Bila diapir tentunya setelah tekanannya release, maka akan berhenti. Lalu berapa suhu dibawah sana > 9000 kaki ? Tarik dan hitung saja thermal gradientnya. Ingat loksai kita si LUSI ini berdekatan dengan zona vulkano (G. Arjuna, G. Welirang, G. Penanggungan).

Untuk mematikannya, secara teori ya didinginkan dulu sumbernya kemudian di sumbat dengan semen. namun akan butuh berapa ribu ton semen dan air dingin?...pabrik semen jangan-jangan malah tekor. Paling tidak harus mem-"balance" antara yang keluar dengan yang dimasukkan untuk menyumbat. Yang keluar sudah > 50,000M3 /hari. (total sekarang sudah berapa ya ??? ). Jika radius subsidence (amblasan) sudah > 4 km,....ya tinggal kalikan saja dengan kedalaman amblesan trus dihitung berapa material dibutuhkan untuk menyumbat.

Selain kerongkongan keluarnya lumpur juga sudah banyak spot dan membesar hingga beberapa meter lebarnya., jadi sudah "caving" yang besar sekali, selain gerak amblesan yang sangat cepat, secepat aliran lumpur itu sendiri.

Namun, karena relief well ini adalah tuntutan pihak asuransi (the last choice to be taken action) ya...mau tidak mau mesti di bor...dengan resiko bahwa akan "blow out" lebih besar lagi karena memang tidak ada pompa tersedia yang bisa mengatasi dengan > lebih dari 100.000 horse power tekanan mud flow ini.

Sebaiknya, biarkan mudflow ini keluar, evakuasi rakyat sesuai daerah bahaya yang sudah dipetakan, alirkan lumpur ke sungai porong dengan pompa yang diperbesar dayanya dan juga secara aliran gravitasi, tutup jalan tol, jalan rel KA, pindahkan pipa gas, listrik dll. Saya kira ini sudah diputuskan oleh sidang Kabinet yang lalu. Petakan segera daerah yang akan ambles (subsidence) hingga beberapa tahun kedepan (20-30 tahun) sesuai dengan peta bawah permukaan (seismik, isopach clay (Formasi Kalibeng)dan penyebarannya). Pindahkan segera pemukiman,pabrik, infrastruktur dll keluar arena wilayah bahaya tersebut selamanya.- Sudah mulai dilaksanakan saya kira. Perkuat bendungan dan tanggul menjadi lebih permanen. Rencanakan Kimpraswilnya dengan matang untuk daerah ini. <-- Sudah dilakukan juga saya kira.

Jadikan LUSI sebagai obyek wisata geologi seperti Bledug Kuwu, Mrapen (api abadi), Dieng dengan kawah-kawahnya -ada yang beracun juga lho, atau Geyser di YellowPark Wyoming.

Berdayakan warga sekitar dengan sumber material baru tersebut dengan pendirian pabrik keramik, batu bata, genteng, atau juga lulur pengencang kulit..agar awet muda! Export lumpur ke manca negara sebagai komiditi bahan baku keramik yang nomer wahid ! Atau mungkin ke Singapore yang daripada masih suka mencuri pasir dari Kep. Riau, mendingan export lumpur ini kesana untuk menambah wilayah daratan negara pulau itu.

-------------------

From: "Ariadi Subandrio"
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thu, 23 Nov 2006 20:31:54 -0800 (PST)
Subject: Re: [iagi-net-l] pit iagi 2006 sukses, duka semburan lumpur

Potensi co-lateral disaster apa lagi yang akan dapat menggetarkan nurani kita, kawan2 sudah memperingatkan pencermatan terhadap rel KA adalah sangat penting. Masak harus nunggu sampai gerbong terguling sih, kemudian penyesalan lagi. berulang2 gitu terus. Maaf kepada Timnas, tapi bahaya memang semakin meningkat..... tidak ada salahnya jika selain konsentrasi pada relief well dan pembuangan lumpur juga melakukan usaha monitoring gerakan tanah baik penurunan, pergeseran termasuk bagian yang diprioritaskan, juga pemindahan darurat infrastruktur.

lam-salam,
ar-
(sayangnya penyampaian kawan2 geosaintis seringkali dianggap sebagai
tari2an....


---------------------

"Agus Hendratno" gushendratno@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thu, 23 Nov 2006 03:57:46 -0800 (PST)
Subject: Re: [iagi-net-l] pit iagi 2006 sukses, duka semburan lumpur
PIT IAGI di Riau Sukses, semua komunitas geologi kembali prihatin, karena adanya subsiden di sekitar tol porong depan semburan yang kemudian mengakibatkan ledakan yang hebat dan menelan korban jiwa. Kita semua berduka. Belum usai duka lumpur, duka ledakan akibat deformasi di sekitar kaldera LUSI, ada semburan lumpur muncul di Banjarmasin yang dipicu pengeboran air tanah. Blaik...

Analisis deformasi di sekitar tol tersebut telah dikemukakan oleh berbagai tim peneliti yang telah turun di LUSI sejak akhir Juni lalu. Tapi kita semua melihat dan mengikuti, ternyata merelokasi semua aset umum (tol, rel, jaringan pipa gas, pemukiman penduduk) dan masyarakat dalam radius 2 km dari kaldera LUSI, tidaklah mudah dan alotnya minta ampur, policy yang ada di pihak-pihak terkait. Duka lagi....
Salam dari Pekanbaru
agus hendratno

----------------

From: "H.Z Abidin" hzabidin@gd.itb.ac.id
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Fri, 24 Nov 2006 11:18:35 +0700
Subject: Re: [iagi-net-l] Sumber Api ? /Lusi meminta korban jiwa

Untuk pak Rovicky dan rekan-rekan ysh,

Seperti sudah diketahui, sebenarnya fenomena subsidence di kawasan BJP sudah diukur dengan survei GPS oleh pihak ITB. Sudah 5 GPS campaigns di laksanakan sejak Juni 2006, dan hasilnya juga sudah diserahkan ke pihak yg berwenang.

Nampaknya kita memang selalu telat belajar dan memahami fenomena alam ..:-)

Saya pribadi sedih dan 'terluka', untuk korban yang jatuh dan juga untuk info ilmiah yang ternyata tidak bisa mengantisipasi hal tersebut.

Salam,

Hasan
(Dr. Hasanuddin Z Abidin)
Associate Prof. in Satellite Geodesy, Dept. of Geodetic Engineering, Institute of Technology Bandung, Jl. Ganesha 10, Bandung 40132, INDONESIA
Telp.: 62-22-2534286, 62-22-2530701; Fax.: 62-22-2530702; Mobile phone: 0811-24-7265; E-mail: hzabidin@gd.itb.ac.id, hzabidin@indo.net.id; Website: http://geodesy.gd.itb.ac.id/
==============================

From: "Agus Hendratno" gushendratno@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Fri, 24 Nov 2006 23:09:04 -0800 (PST)
Subject: Re: [iagi-net-l] Jangan ada dusta untuk memanej bencana

Teman-teman IAGI /mailist

Dibalik musibah pasti ada hikmah, pelajaran dan ilmu pengetahuan. Penanganan rehab-rekon, juga penanganan pasca bencana / pasca musibah di Aceh, di Nias, di Jogja, di Klaten, di LUSI, di Merapi, di berbagai wilayah indonesia, yang ternyata KAGAK RES BUERES, saya lebih menyoroti bahwa yang BERWENANG ini TIDAK BISA IKHLAS untuk bermain secara CANTIK.
Semua geosaintis / pakar-pakar yang meng-advise berbagai musibah tersebut bersama beberapa stake-holder, telah menunjukkan permainan yang SUPER CANTIK, dan ikhlas bahkan sampai Istiqomah. Tapi..., yang tidak jelas justru pihak-pihak yang SUPER WEWENANG ini seringkali Gagap ketika mendengar berbagai tafsiran dan analisis para pakar. Njuk terus kepriye..., maning. Piye jal... Sehingga yang terlihat diluar, lebih banyak kita menyaksikan dan mendengarkan adanya kelambatan, kebingungan dalam menangani semua itu. Ben wae...

Manajemen wewenang tidak sejalan secara simultan dan sinergi dengan analisis para pakar. maka yang terjadi TUNGGULAH MUSIBAH BERIKUTNYA.........

Kalau boleh kita mengatakan, para pihak yang berwewenang : Janganlah ada dusta diantara panjenengan-panjenengan dalam memanej musibah-musibah; semakin ada dusta yang jadi korban adalah rakyat kecil nan miskin. Para geosaintis telah mengingatkan semua itu.

----------------

Akhir kata, semoga kita dan para pemimpin kita, selalu diberi kekuatan, kejernihan pikiran dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah, termasuk masalah Kaldera Lumpur Sidoarjo ini. Amin!

Salam dari Ancol, 29 Nopember 2006
Wahyu

Sunday, November 26, 2006

Semburan Lumpur Kolam Kanan dan Sidoarjo: sampai kapan?

Semburan Lumpur Kolam Kanan

Rabu, 22 Nopember 2006, dimulai dari upaya mencari air bersih dengan membuat sumur bor sedalam 136 meter oleh Ketut Tegal, munculah sembura lumpur di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Berikut ini kisahnya yang dikutip dari Kompas Edisi Cetak, 26 Nopember 2006, hal 3.

Bagi Ketut Tegal, pengeboran sumur itu tidak lain hanya untuk mendapatkan air bersih yang layak dikonsumsi. Keinginan mendapatkan air bersih itu sangat wajar karena Desa Kolam Kanan—yang dihuni sekitar 400 keluarga asal Bali yang mengikuti program transmigrasi pada tahun 1971—tidak pernah mendapatkan air bersih.

Di awal-awal mereka ditempatkan di daerah itu, selain harus membuka hutan rawa sekitar rumah mereka, untuk keperluan air bersih—terutama untuk minum dan memasak—mereka harus menadah air hujan. Air parit atau rawa gambut di daerah tersebut tidak bisa dikonsumsi karena rasanya sangat asam dan berwarna hitam.

Sekarang mereka terbantu karena disediakan satu tangki plastik berukuran sekitar 3.000 liter untuk air bersih yang disediakan perusahaan daerah air minum setempat. Namun, rupanya itu belum mencukupi karena untuk mandi mereka masih menggunakan air gambut. "Penderitaan kesulitan air itu paling kami rasakan ketika terjadi kemarau panjang empat bulan terakhir ini. Kami harus antre. Kalau tidak kebagian, kami terpaksa beli," kata Kade Kundri.

Tergerak untuk mengatasi penderitaan selama puluhan tahun itulah keluarga Ketut Tegal memanggil ahli sumur bor, Mualim, warga Kecamatan Belawang, Barito Kuala. Mualim kemudian membawa empat pekerjanya untuk menggali sumur bor di depan rumah Ketut. Rencananya, jika berhasil mendapatkan sumber air, para penggali sumur bor itu bakal mendapat bayaran Rp 5,5 juta.

Kegembiraan sempat muncul saat mereka sudah memasukkan pipa sumbur bor sepanjang 135 meter. Sebab, air bersih sempat keluar dengan baik. Namun, hal itu hanya berlangsung setengah jam karena kemudian pada lubang pipa itu keluar suara gemuruh. Selanjutnya, menyemburlah lumpur yang tingginya melebihi pohon kelapa di halaman rumah tersebut. "Kami tidak menyangka terjadi begitu. Padahal, hanya sekadar untuk mencari air bersih," kata Kundri.

Kemarin ketinggian semburan masih sekitar satu-dua meter dengan diameter lubang semburan sekitar lima meter.

Suasana desa itu pun berganti. Halaman rumah Ketut Tegal kini berubah menjadi genangan lumpur setinggi lebih kurang 20 sentimeter. Luas genangan mencapai 50 meter persegi. Beberapa pohon kelapa, salak, tanaman bunga maupun tumbuhan lainnya layu dan mati. Tak heran bila warga berbagai daerah yang datang ke lokasi itu menyebut-menyebut kasus itu mirip kasus lumpur panas di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

Semburan lumpur itu muncul akibat adanya penggalian sumur bor sedalam 136 meter di dekat rumah Ketut Tegal, Rabu lalu. Awalnya, lubang semburan lumpur hanya berdiameter 4 sentimeter, tetapi kemudian melebar hingga 3 meter, bahkan kemarin sudah mencapai 5 meter.

Kemarin semburan lumpur masih berlangsung dengan ketinggian satu-dua meter. Karena itu, kawasan yang diamankan diperluas menjadi sekitar 200 meter persegi.

Warga Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Sabtu (25/11) kemarin, beramai-ramai membangun tanggul darurat setinggi satu meter dengan luas 50 x 50 meter persegi.

Berkaitan dengan semburan lumpur itu, pihak Dinas Pertambangan Kalimantan Selatan bersama-sama dengan tiga ahli eksplorasi dari Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengambil sampel lumpur untuk diteliti. Selain dari Badan Geologi Departemen ESDM, kata Heryozani - Pelaksana Harian Kepala Dinas Pertambangan, juga akan datang tim ahli dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan Institut Teknologi Bandung.

Apa bedanya Semburan Lumpur Kolan Kanan dengan Semburan Lumpur Sidoarjo?

1. Pencetusnya?. Bila Semburan Lumpur Kolam Kanan (SLKK) dimulai dari upaya mencari air bersih yang dilakukan oleh Ketut Tegal, maka Semburan Lumpur Sidoarjo (SLS) dimulai dari kegiatan eksplorasi minyak bumi dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan bakar nasional yang dilakukan olah PT. Lapindo Brantas Inc.
2. Durasinya?. SLKK baru berlangsung beberapa hari, sementara SLS telah berbulan bulan.
3. Kapan berhenti? Sama-sama tidak diketahui.
4. Dampaknya? SLKK sejauh ini baru mengenangi pekarangan rumah Ketut Tegal dan beberapa pohon ditebangi, sementara itu SLS menggenangi daerah pemukiman, kawasan industri, persawahan, dan merusak berbagai macam infrastruktur penting dan terakhir mengganggu suplai gas untuk pembangkit listrik sistem Jawa – Bali yang sangat vital.
5. Tertuduhnya? Pada kasus SLKK belum ada seorang pun yang dituduh bersalah (karena diangap bencana?), sementara pada kasus SLS yang dinyatakan harus bertanggungjawab PT. Lapindo Brantas Inc.

Pertanyaan selanjutnya

1. Bila SLKK terus berlanjut, dan skala genangannya terus meluas (seperti SLS, semoga saja jangan), siapa yang harus bertanggungjawab?
2. Untuk kasus SLS, setelah ledakan pipa gas Pertamina yang mengganggu sistem jaringan listrik interkonensi Jawa-Bali, jalan tol dan rel kereta api yang harus direlokasi, sekian banyak pengungsi, sekian banyak pegawai pabrik yang harus menganggur, sekian banyak insdustri yang tutup, dan sekian banyak pihak yang dirugikan karena harus berputar, karena kehilangan waktu, karena meninggal dunia, dan lain sebagainya; harus menunggu sampai seberapa besar bencana terkait (collateral damages) harus terjadi agar dapat dinyatakan sebagai Bencana Nasional?


Salam dari Ancol, 26 Nopember 2006
Wahyu

Tuesday, November 21, 2006

Kaldera Lumpur Sidoarjo dan Sistem Zonasi

Hari ini, Kamis dini hari, 23 Nopember 2006 jam 04.20, Detik.com memberitakan bahwa penurunan tanah sedalam 5 (lima) meter telah menyebabkab meledaknya pipa gas Pertamina Porong. Peristiwa ini sangat menegaskan bahwa pembentukan Kaldera Lumpur Sidoarjo telah sangat nyata. Terkait dengan peristiwa ini, tuntutan pemindahan infrastruktur dari kawasan bahaya semburan lumpur menjadi semakin mendesak. Di hari-hari mendatang, kerusakan infrastruktur yang tidak dipindah karena amblesan akan semakin sering diberitakan. Mungkin tidak hanya infrastruktur yang perlu dipindahkan, pemukiman di sekitar kawasan semburan lumpur pun perlu dipindahan ke lokasi yang lebih aman dari kemungkinan meluasnya amblesan.
------------

Hari ini, 21 Nopember 2006 jam 16.56 WIB, kembali tanggul genangan lumpur Sidoarjo kembali ambles sampai 1 (satu) meter. Demikian diberitakan oleh Detik.com. Kejadian ini memperkuat perkiraan bahwa pembentukan kaldera yang berkaitan dengan terjadinya semburan lumpur itu sedang berlangsung.
-------------

15 November 2006, 15:57:37, Laporan Wiwin Kartikasari
Tanggul Cincin Terus Turun 1 Cm Setiap Hari
ssnet| Tanggul cincin di semburan utama Porong terus turun 1 centimeter setiap hari, bahkan sekarang sudah turun sekitar 95 centimeter.

Dilaporkan Teguh reporter Suara Surabaya, Rabu (15/11), Rudi Novrianto Jubir Timnas Penanggulangan Semburan Lumpur Porong mengatakan, kondisi tanggul cincin di sekitar semburan lumpur panas tersebut turun karena permukaan tanah di sekitarnya turun, dan sekarang sudah turun sekitar 95 centimeter.
--------------

Kutipan berita tersebut menunjukkan bahwa saat ini Mud Volcano Sidoarjo telah memasuki fase pembentukan kaldera yang indikasi permukaannya (amblesan atau subsidence) dapat dilihat secara visual. Sebelumnya, indikasi amblesan itu hanya dapat diketahui melalui pemamtauan GPS.

Berikut ini adalah arti dari istilah kardera, yang dikutip dari Alasaka Volcano Observatory (http://www.avo.alaska.edu/downloads/glossary.php).
caldera - A large crater formed by collapse or subsidence of the ground surface following a great eruption. During a typical caldera-forming eruption, the magma chamber is partially emptied and large amounts of ash and pyroclastic debris are extruded.

Terminologi itu dapat kita terapkan untuk kasus Mud Volcano di Sidoarjo. Semburan Lumpur Sidoarjo yang demikian besar volumenya telah menyebabkan kekosongan. Kekosongan itulah yang sekarang disusul dengan amblesan (collapse atau subsidence) dari permukaan tanah di atasnya.

Bila benar demikian, maka yang perlu dilakukan adalah mencari tahu seberapa luas atau bagaimana penyebaran sistem retakan yang ada sehingga dapat diperhitungkan berapa besar atau berapa luas kaldera yang akan terbentuk, bagaimana bentuknya dan berapa dalamnya.

Sampai saat ini, upaya menghentikan semburan lumpur belum berhasil. Membuang lumpur ke laut pun kita mengalami kesulitan. Sementara itu, tanggul makin sering retak dan kemudian jebol. Sedang volume semburan lumpur makin besar mencapai 156.000 meter kubik per hari. Dan, kita tetap tidak tahu sampai kapan semburan lumpur itu akan berlangsung. Jadi, sekarang inilah saatnya kita segera mengarahkan perhatian kita pada mengelola endapan lumpur yang sekarang ada dan yang akan muncul.

Menahan meluasnya lumpur dengan tanggul memiliki banyak keterbatasan. Salah satunya adalah bahwa kita tidak mungkin terus menerus manambah tinggi tanggul mengikuti bertambahnya ketinggian lumpur. Menurut rekaman data geologi di daerah South Caspian Basin yang diketahui dari data seismik, mud volcano dapat mencapai ukuran raksasa dengan tinggi 1,4 km dengan diameter mencapai 10 km (Davies, R.J., 2005; Emplacement of giant mud volcanoes in the South Caspian Basin). Hal ini berarti bahwa ada kemungkinan endapan lumpur di Sidoarjo itu akan terus bertambah tinggi dan bertambah luas genangannya. Di beritakan bahwa tanggul cincin di sekeliling pusat semburan sekarang ini telah mencapai ketinggian 26 meter. Selain itu, seiring dengan terjadinya amblesan atau subsidence, tanggul makin sering retak dan jebol.

Oleh karena itu, berdasarkan pada berbagai perkembangan terakhir itu, kini saatnya kita menangani genangan lumpur itu mempergunakan Sistem Zonasi, yang dilengkapi dengan saluran pembuangan. Tidak cukup lagi mengandalkan upaya menangani genangan lumpur hanya dengan sistem tanggul seperti dan upaya pembuangan seperti yang ada saat ini.

Secara garis besar, sistem zonasi yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. Zonasi kawasan bahaya genangan lumpur ini bisa dibuat sebagaimana zonasi dalam pengelolaan suatu kawasan lindung atau kawasan terbatas lainnya.
2. Penempatan tanggul-tanggul penahan lumpur sebagai pembatas zona dilakukan dengan mempertimbangkan sistem retakan yang ada, dan memperhitungkan suplai lumpur. Zona (bahaya) utama hendaknya ditetapkan meliputi kawasan penyebaran retakan. Dan, di luar kawasan itu ditetapkan zona penyangga (buffer zone). Bila perlu, di luar buffer zone dapat dibuat zona terbatas lainnya. Jadi, minimal agar dibuat dua lapis tanggul. Satu tanggul yang mengelilingi zona utama, dan satu lagi mengelilingi zona penyangga. Bila perlu, dapat dibuat lagi tanggul d luarnya.
3. Berbagai macam infra struktur, fasilitas umum, dan pemukiman hendaknya dipindahkan dari kawasan yang masuk ke dalam zona penyangga atau buffer zone.
4. Tanggul-tanggul hendaknya dibuat permanen.
5. Saluran pembuangan dibuat untuk mengantisipasi curah hujan yang tinggi.

Kemudian, dengan perkembangan kondisi yang seperti sekarang ini, persoalannya telah menjadi terlalu besar skalanya untuk hanya ditangani oleh swasta (Lapindo,?). Kiranya, sekarang sudah saatnya Pemerintah mengambil alih upaya penyelesaian persoalan semburan lumpur tersebut. Penanganan genangan lumpur dengan sistem zonasi itu hanya akan dapat berjalan bila dilaksanakan oleh Pemerintah, karena akan banyak kegiatan pembebesan atau pengosongan lahan, pemindahan penduduk dan pemindahan infra struktur dan berbagai fasilitas umum.

Salam dari Ancol, 21 Nopember 2006
Update, 23 Nopember 2006
Wahyu

Thursday, October 19, 2006

SOLUSI PERMANEN LUMPUR SIDOARJO

Kondisi Sekarang

Ada dua kenyataan yang kita hadapi saat dan tidak dapat ditawar berkaitan dengan masalah Lumpur Sidoarjo: Pertama, semburan lumpur masih terus berlangsung dan tidak menunjukkan gejala akan berhenti dalam waktu dekat, tetapi sebaliknya, debit semburan lumpur makin besar dari sekitar 50.000 meter kubik per hari menjadi sekitar 120.000 meter kubik per hari. Kenyataan kedua adalah, bahwa lumpur tidak mudah dialirkan begitu saja ke laut. Lumpur yang lama ditampung di kolam-kolam penampungan itu telah mengendap, dan karena karakter lumpur maka tidak mudah mengencerkan kembali endapan lumpur itu untuk kemudian mengalirkannya ke laut.

Menghadapi kenyataan tersebut, memang tepat bila Pemerintah (Tim Nasional Penanggulangan Bencana Luapan Lumpur Sidoarjo) segera memikirkan upaya penyelesaian permanen maslah lumpur itu. Karena, hanya akan menghabiskan banyak tenaga, waktu, dan biaya bila terus memikirkan solusi sementara. Selain itu, keputusan solusi permanen akan segera memberikan kepastian pada penyelesaian berbagai masalah lainnya, seperti masalah penduduk yang kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan, relokasi jalan tol dan rel kereta api, rekolasi sekolah dan berbagai fasilitas publik lainnya, masalah kompensasi, dan berbagai persoalan lainnya yang mungkin ada.

Sejauh ini, telah ada tiga pilihan konsep penyelesaian permanen yang belum dimatangkan. Sebagaimana diberitakan oleh suarasurabaya.net pada tanggal 18 Oktober 2006 kemarin, ketiga konsep yang bermuara pada pembuangan lumpur ke laut tersebut adalah:

1. Membuang lumpur ke laut dengan menggunakan alat conveyor. Alat ini biasa dioperasikan di tambang-tambang batu bara berupa ban berjalan untuk mengangkut lumpur dari pond menuju ke laut. Selain dengan conveyor, bisa dilakukan dengan membuat semacam talang sepanjang 27 km ke arah laut untuk penyaluran lumpur.

2. Membangun open channel, yakni membuat kanal dari titik yang terdekat dengan pond menuju laut. Prinsip kerja konsep ini dengan memanfaatkan elevasi daratan. “Cara cukup mahal dan memakan waktu lama karena harus dilakukan pembebasan lahan dan mobilisasi peralatan dan SDM cukup besar,” terang BASUKI.

3. Membangun saluran majemuk di Kali Porong. Menurut BASUKI, Kali Porong bisa dibagi menjadi 2. Yang satu bisa digunakan sebagai saluran air normal, sedangkan yang lainnya dipergunakan khusus untuk pembuangan lumpur ke laut.

Selain itu, Kompas online tanggal 19 Oktober 2006 memberitakan bahwa dua lembaga teknis, yaitu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Tim Nasional Penanggulangan Lumpur, sepakat menyiapkan waduk atau tanggul permanen untuk menampung semburan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur.

Selanjutnya disebutkan dalam berita itu bahwa menurut Basuki, sekarang ini tim pakar dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, dan Institut Teknologi Bandung masih mengkaji dan menyelesaikan desain tanggul permanen. Salah satunya adalah membangun tanggul permanen terbuat dari beton atau cukup dengan penguatan tanggul tanah yang sudah ada dengan ditembok. Pembangunan tanggul permanen baru bisa dimulai tahun 2007, tepatnya sekitar bulan April, ketika musim hujan selesai.

Menurut rencana, tanggul permanen akan didirikan di sekitar bagian terluar tanggul tanah yang ada saat ini. Berturut-turut dari utara, pembangunan tanggul tersebut akan melewati Desa Kedungbendo, Desa Renokenongo, Desa Besuki, Desa Kedungcangkring, Desa Pejarakan, Desa Mindi, Desa Jatirejo, Desa Siring, dan akhirnya kembali ke Desa Kedungbendo. Rencananya, tanggul permanen tersebut memiliki panjang 7 kilometer dengan lebar 10 meter.

Demikian perkembangan terakhir mengenai masalah Lumpur Sidoarjo yang diberitakan oleh media massa.

Perlu Merubah Dasar Pemikiran

Mencermati apa yang diberitakan itu, nampaknya dasar pemikiran yang utama masih pada upaya membuang lumpur ke laut. Memperhatikan kondisi aktual di lapangan yang telah disebutkan di depan, nampaknya sudah perlu kita merubah pemikiran untuk membuang semua lumpur ke laut atau membuatan lumpur ke laut sebagai upaya utama dalam menyelesaikan masalah lumpur tersebut. Rasanya perlu kita merubah pemikiran kita menjadi, tidak semua lumpur harus dibuang ke laut, atau biarkan lumpur sebagian di darat dalam jumlah tertentu dan kita sanggup menanganinya dan mengalirkan atau membuang sebagian ke laut bagian yang selebihnya. Dengan kata lain, kita perlu menampung sebagian lumpur di darat.

Dengan pemikiran yang demikian maka,

1. Kita perlu membangun tanggul permanen di darat untuk menampung lumpur yang volumenya terus bertambah itu. Tanggul agar dibuat dari beton yang kokoh (tidak cukup hanya dengan tanggul tanah yang diperkuat), karena kita tidak tahu sampai kapan semburan lumpur itu berhenti. Dengan kata lain kita harus siap dengan kondisi semburan lumpur permanen.

2. Melengkapi tanggul permanen dengan alternatif ke-dua yang disebutkan di atas – membangun open channel. Alternatif ke-dua itu tepat untuk dijadikan pilihan permanen. Memang akan ada kesulitan dalam upaya pembebasan lahan, tetapi secara teknis pilihan ini lebih dapat diterima karena akan lebih mudah menyalurkan lumpur ke laut bila diperlukan.

3. Pembuatan tanggul permanen hendaknya memperhitungkan kemungkinan perluasan tanggul. Perlu dibuat suatu zona penyangga (buffer zones) di sekeliling tanggul agar bila diperlukan dapat segera dibuat tanggul tambahan di tempat tersebut. Lebar atau luas zona penyangga ini diperhitungkan dengan mempertimbangkan suplai lumpur dari semburan dan kemampuan menyalurkan lumpur ke laut.

4. Jangan jadikan kawasan genangan lumpur sebagai tempat yang seram yang tidak boleh dikunjungi. Tetapi, jadikanlah sebagai tempat wisata atau rekreasi, dan tempat belajar. Tentu saja dengan kondisi keamanan yang diperbaiki. Pasti banyak yang mau datang melihatnya.

Mengapa Perlu Menampung Lumpur di Darat?

Terjadinya semburan lumpur menunjukkan adanym material yang keluar dari dalam bumi. Dengan volume lumpur keluar yang sedemikian besar, kita bisa berasumsi bahwa ada perubahan di dalam bumi, minimal keseimbangan tekanan fomasi batuan. Dikhawatirkan, penyesuaian formasi batuan di dalam bumi karena perubahan tekanan itu akan berpengaruh sampai ke permukaan bumi dalam bentuk suatu amblesan. Apabila skenario ini yang terjadi di masa depan, maka lumpur yang kita tampung itulah yang akan mengisi cekungan yang terbentuk di permukaan bumi karena amblesan itu.

Kekhawatiran akan terjadinya amblesan ini saya kira tidak berlebihan. Karena beberapa waktu yang lalu telah dilaporkan adanya indikasi pemurunan permukaan tanah di sekitar kawasan semburan, dan telah terukur secara geodetik. Lihat alamat berikut: http://www.mediacenter.or.id/article/5/tahun/2006/bulan/10/tanggal/02/id/737/, bila ingin memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang amblesan ini. Atau alamat ini: http://rovicky.wordpress.com/2006/09/27/penampakan-mud-volcano-dalam-rekaman-penampang-seismik/.


Salam dari Ancol, 19 Oktober 2006
Wahyu

"Selamat Menunaikan Ibadah Puasa dan Selamat Idul Fitri 1427 H"
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala mengampuni segala kesalahan kita dan menerima segala amal dan ibadah kita. Amin.

Thursday, October 05, 2006

SEMBURAN LUMPUR SIDOARJO: penyebab dan implikasinya

Pada tanggal 27 September 2006, bertepatan dengan acara Sidang Kabinet yang membicarakan masalah Lumpur Sidoarjo, IAGI mengadakan diskusi tentang Lumpur Sidoarjo di Hotel Sahid Jaya. Ada tiga orang pembicara, yaitu Bapak Bambang Istadi, Eddy Sunardi, dan Rudi Rubiandini.

Saya waktu itu ikut hadir di arena diskusi. Secara singkat, dari tiga pembicara itu tertangkap oleh saya, ada 3 kemungkinan penyebab semburan LUSI:
1. Mud Volcano:
2. Geothermal:
3. Underground Blowout:

Ke-3 kemungkinan itu mempunyai bukti-bukti pendukungnya, dan tidak ada yang mengklaim yang paling benar.

---------------------
Pembicara 1. Bapak Bambang Istadi

Secara garis besar, Pak Bambang Istadi cenderung mengatakan bahwa fenomena semburan lumpur di Sidoarjo itu adalah suatu aktifitas Mud Volcano.

Fakta yang diajukan antara lain, pada pengamatan 29 Mei 2006:
1. Kandungan Hidrokarbon dan H2S.
2. Geyser behavior
3. Pulsation setiap 30 menit
4. Solid 30% dan water 70&

Analisis komposisi lainnya menunjukkan kandungan: CO2, N2, CH2, C2H6, C3H8 dan beberapa komponen lain (ngak sempat saya catat).

Dari kandungan H2S, ditafsirkan bahwa sumber lumpur adalah Formasi Kujung.

Airnya dari mana: (1) Formasi Kujung, dan (2) Batupasir di atas lumpur.

Analisis lingkungan pengendapan lumpur: outer shelf sampai non-marine.

Asal lumpur dari kedalaman 5000 - 6000 ft (telah dilewati bor).

Selanjutnya, untuk memperkuat pendapatnya, Pak Bambang memberikan gambaran bahwa di Jawa Timur banyak ditemukan fenoimena Mud Volcano. Beberapa fenomena yang ditunjukkan adalah:
1. Kalang Anyar, terletak di sebelah selatan Bandara Juanda.
2. Gunung Anyar, di daerah Rungkut, Surabaya. Ada oil seep.
3. Pulungan, ditunjukkan ada rumah yang dibangun di atas Mud Volcano. Tampak lantai rumah yang retak dan lumpur yang keluar di dalam rumah meskipun sedikit.
4. Sangiran.
5. Bledug Kuwu.

Selain itu ditunjukkan beberapa contoh fenomena Mud Volcano dari Azerbaijan, yang berasosiasi dengan kegiatan pemboran minyak. Ada juga Mud Volcano yang terbakar.

Ditampilkan juga pendapat dari peneliti Rusia (Alexei Milkov, ?, tolong dikoreksi) yang mengatakan bahwa fenomena Mud Extrution:
1. Bisa terjadi di onshore maupun offshore.
2. Lumpur berasal dari sedimentasi yang cepat
3. Keluarnya lumpur bisa karena Lateral tectonic compresion.
4. Bisa juga karena Magmatic.
5. Dan bisa pula karena Fluidized.

Ditekankan bahwa ada korelasi erat antara fenomena Mud Volcano dengan deposit hidrokarbon.
-------------------------
Pembicara 2. Bapak Eddy Sunardi

Pak Eddy mengatakan bahwa fenomena semburan lumpur Sidoarjo sebagai "surface upwelling of watery mud".

Fakta-fakta yang diungkapkan adalah:
1. Lumpur.
2. Adanya air asin
3. Adanya gelembung gas
4. Adanya aroma hidrokarbon.
5. Hubungan segaris / pelurusan / patahan dari sumber-sumber erupsi lumpur.

Dipertanyakan: Diapirisme atau Overpressure shale?

Selanjutnya dikungkapkan bahwa:
1. Permukaan lumpur memperlihatkan struktur vesikuler, mengindikasikan pelepasan gas.
2. Umur 4,9 - 2,8 My BP atau Early Pleiosen
3. Lingkungan laut dangkal
4. Alumina, Al2O3, tinggi.
5. Fe tinggi, red shale.
6. Anomali Cu - mineralisasi Cu, lingkungan tertutup.

Diinterpretasikan sebagai: produk volkanisme dan lingkungan reduksi.

Kemudian ditampilkan hasil analisis XRD:
1. Ada Halite
2. Indikasi batuan teralterasai (pirit, albit, kaolinit, paragonit, dan beberapa lagi?)
3. Alterasi hidrothermal.

Fakta lain:
1. NaCl sangat tinggi.
2. Unsur mineral air: seperti Na, Ca, K dll yang tinggi
3. Temperatur 110 - 120 derajad Celsius.
4. Aliran lumpur deras.

Driving force: H2S dan Hidrokarbon
---------------------
Pembicara 3: Bapak Rudi Rubiandini

Pak Rudi mengawali pembicaraan dengan menceritakan secara kronologi mulai dari kegiatan pemboran sampai terjadinya semburan lumpur.

Bapak Rudi Rubiandini, dengan keyakinannya bahwa ini adalah Underground Blowout, berpendapat semburan ini masih dapat diatasi dengan relief well.

Sementara itu, dikhawatirkan bahwa LUSI mendapat suplai air dari sistem aquifer yang berpangkal di kawasan Gunung Arjuna. Kalau ini yang terjadi, maka ngak ada obatnya.

Demikian pula kalau mud volcano. Ngak tahu cara menghentikannya.

Tentang tanggungjawab, itu urusan pengadilan.

Bagaimana mengetahui salah satunya? Ditentukan hasil relief well.

************

Pendapat Bapak Awang Harun Satyana, disampaikan melalui iagi.net tanggal 2 Oktober 2006.

Benar, kita tunggu saja apa yang akan terjadi beberapa bulan ke depan.

Perdebatan tak akan ada habisnya. Pendapat saya bisa didebat yang lain, saya juga bisa mendebat pendapat yang lain. Kita tak pernah bisa memahami alam 100 % bukan. Yang penting, warga direlokasi permanen, dan pembuangan lumpur/air tetap memperhatikan lingkungan.

Kejahatan lingkungan ? Ini musibah, tak ada kesengajaan merusak lingkungan, tentu berbeda dengan orang/perusahaan yang sengaja membuang limbah beracun ke sungai atau laut.

Salam,
awang

************

Saat pertemuan dengan Presiden di dalam sidang kabinet yang lalu. Upaya untuk menghentikan semburan lumpur yang dilaporkan adalah apa yang dilakukan oleh (berdasarkan pendapat dari) Bapak Rudi Rubiandini.

Selanjutnya, ketika Presiden memberikan 7 petunjuk, salah satunya adalah meneruskan upaya menghentikan lumpur yang sedang dilakukan saat ini (maksudnya upaya yang dilakukan Bapak Rudi Rubiandini). Bila demikian, dengan persetujuan untuk melanjutkannya, tentu kita bisa mengatakan bahwa hipotesa dari bapak Rudi Rubiandini bisa diterima dan dipersilahkan untuk mengujinya atau membuktikannya.

Selanjutnya, bila alur pikiran di atas dapat diterima maka, konsekuensi dari hasilnya saya kira sebagai berikut:
1. Bila semburan berhasil diatasi, berarti hipotesa Bapak Rudi Rubiandini benar, yaitu semburan terjadi karena underground blow out.
2. Bila semburan tidak berhasil, berarti dua kemungkinan:
a. semburan itu fenomena mud volcano atau hidrothermal (fenomena alam), atau
b. underground blow out yang telah termodifikasi menjadi bencana alam.

Selanjutnya, bila kita menerima itu sebagai fenomena alam, maka kita tidak fair bila membebankan semua biaya kepada Lapindo.

Sebaliknya, bila itu underground blow out yang berkembang menjadi fenomena alam, apakah semuanya masih tetap ditanggung Lapindo? Bisakah untuk penyelesaiannya kita mengacu pada kasus Exxon Valdez?

*************

Bapak Rovicky, pada iagi.net tanggal 2 Oktober 2006.

Kalau mengacu pada kecelakaan exxon Valdez, maka hal yg mirip adalah kecelakaan disebabkan kegiatan Exxon (Kapal tankernya tenggelam, menumpahkan minyak di laut), namun berkembang menjadi bencana alam karena faktor alam yang "unpredicted" (weather, sea current dll). Akibatnya membunuh 250,000 sea birds, 2,800 sea otters, 300 harbor seals, 250 bald eagles, bahkan juga ikan paus 22 orcas, jutaan salmon, dll

Sepertinya smua sepakat menganggap effect dari tumpahnya minyak Exxon Valdez sebagai bencana. Dan Exxon sebagai penyandang dana untuk mengatasinya.

Bedanya kejadian Exxon Valdez ada di Alaska yg tidak dihuni manusia tapi hanya hewan saja, dengan jumlah koran tsb diatas.

Tapi aku ga tau apakah dulu ada kepres Amrik utk menyatakan exxon
Valdez sebagai bencana....

rdp
*************

Pendapat Bapak R.P. Koesoemadinata, disampaikan melalui iagi.net pada tanggal 3 Oktober 2006

Sebetulnya dari apa yang saya pelajari terjadi suatu kombinasi dari blow out dan mudvolcano, tapi bukan "shale extrusion". Blow-out terjadi pada Fm Kujung dan telah menyemburkan air bertekanan tinggi yang kemudian, karena casing telah tersumbat, keluar melalui rekahan pada endapan Pliocene dan Pleistocene yang kemudian menyeret lempung itu keluar sehingga membentuk semburan lumpur, yang boleh dikatakan juga sebagai mudvolcano (tergantung definisi mudvolcano). Makanya lumpur yang keluar itu sangat encer (70% air) kalau dibandingkan dengan shale extrusion. Sesuai dengan gradien geothermal temperatur di TD itu cukup tinggi, lebih dari 100 derajad C sehingga tidak perlu mencari air dari dari reservoir geothermal volkanik.

Saya kira relieve well akan berhasil menghentikan semburan jika dapat mencapai tepat pada entry point dimana sumur Banjar Panji menembus puncak gamping terumbu Fm Kujung atau apapun nama formasi ini. Ini yang saya tidak tahu apa yang jadi sasaran dari relieve well ini. Juga tergantung apakah entry point ini pada terumbu karbonat itu belum rusak.

Ini pendapat saya.
RPK
****************

Penjelasan Bapak R.P. Koesoemadinata tentang Mud Volcano, disampaikan melalui iagi.net tanggal 4 Oktober 2006.

Ini sekedar penjelasan: Gunungapi Lumpur

Dalam buku Geologi Minyak-dan Gasbumi yang saya tulis dan diterbitkan pada tahun 1978, saya mengklasifikasikan 2 jenis gunungapi lumpur:
(1). Gunungapi lumpur dangkal dan (2). Gunungapi lumpur dalam

Gunungapi Lumpur Dangkal:
Yang dimaksud dengan gunungapi lumpur dangkal adalah gejala munculnya erupsi lumpur beserta gas yang membentuk kerucut dan terjadi kobaran api, yang berhubungan dengan terjadinya kebocoran dari suatu reservoir hydrocarbon. Tekanan gas dalam reservoir ini yang menjadi pendorong cairan serta serpih yang ada di atasnya sehingga terjadi erupsi lumpur di permukaan.

Gunungapi Lumpur Dalam:
Yang dimaksud dengan gunungapi lumpur dalam adalah gejala munculnya erupsi lumpur di permukaan yang membentuk kerucut yang disebabkan extrusi lempung dari overpressured shale yang biasanya terdapat pada kedalaman besar. Keberadaan gas hanyalah terbawa secara kebetulan dari lapisan2 yang mengandung gas pada formasi yang ada di atas overpressured shale itu

Disebut gunungapi (volcano) karena sering gejala ini menyala karena terjadinya pembakaran gas.

Dalam hal Lusi saya klasifikasikan sebagai gunungapi lumpur kombinasi dangkal dan dalam, walaupun tidak terjadi pembakaran gas, dan reservoir yang bocor ini terdapat cukup dalam, sedangkan di atas reservoir ini terjadi overpressured shale. Mengingat bahwa komposisi lumpur sangat encer (70% air), air yang keluar itu sebagian besar berasal dari reservoir yang bocor

RPK
***************

Demikian, sebagian pendapat yang berkembang di sekitar masalah penyebab dan implikasinya dari semburan lumpur di Sidoarjo.


Salam dari Ancol, 5 Oktober 2006
Wahyu

Thursday, September 28, 2006

"Mud Volcano" Sidoarjo 3: front baru

Dalam rapat, Presiden menyetujui usulan Tim Nasional untuk membuang air lumpur Lapindo ke laut melalui Kali Porong. BASUKI Ketua Tim Nasional mengatakan kebijakan ini diambil setelah melihat kondisi krisis di lapangan dan asumsi Tim Nasional semburan lumpur sulit dihentikan (suarasurabaya.net, Rabu 27 September 2006).

Selain itu, Presiden juga mengeluarkan tujuh petunjuk kepada Tim Nasional Penanganan Semburan Lumpur Sidoarjo. Tujuh petunjuk itu sampaikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto didampingi Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, Gubernur Jawa Timur Imam Utomo, Bupati Sidoarjo Wien Hindarso, dan Ketua Tim Nasional Penanganan Semburan Lumpur Sidoarjo Basuki Hadimuljono.

Ketujuh petunjuk itu adalah sebagai berikut (Kompas Online, Rabu, 27 September 2006):

Pertama, kawasan seluas 400 hektar yang saat ini tergenang lumpur dan diberi tanggul sebagai daerah rawan bencana dan tidak layak ditinggali.

Kedua, upaya penutupan semburan lumpur terus dilakukan meskipun kemungkinan berhasilnya kecil.

Ketiga, lumpur yang terus keluar akan ditampung terus, dimanfaatkan untuk industri, dan dialirkan ke Sungai Porong.

Keempat, memukimkan kembali rakyat tidak hanya rumah tetapi juga penghidupan dan pekerjaannya berikut ganti rugi yang wajar.

Kelima, tanggul tetap diperkuat dan dipelihara meski sudah ada solusi dialirkan ke Sungai Porong.

Keenam, memanfaatkan lumpur untuk hal-hal yang berguna karena tidak bebahaya.

Ketujuh, membuat rute baru untuk jalan tol, pipa gas, dan jalur kereta api.

----------------------

Persetujuan Presiden untuk membuang melegakan, dan ini merupakan bukti dukungan Pemerintah atas upaya penyelesaian masalah Lumpur Sidoarjo ini secara rasional. Namun demikian, persoalan lumpur ini tidak serta merta selesai. Persetujuan Pesiden itu dapat pula berarti sebagai persetujuan untuk membuka front perjuangan baru dalam mengatasi masalah Lumpur Sidoarjo itu. Sebuah front baru telah dibuka di kawasan pesisir Sidoarjo.

Sementara itu, dengan dibukanya saluran pembuangan lumpur atau air lumpur ke laut melalui kali Porong, belum pula berarti bahwa persoalan di darat selesai. Masih menggantung pertanyaan, (1) apakah semburan lumpur setiap harinya sekarang mensuplai lumpur sebanyak kurang lebih 50.000 meter kubik dapat diimbangi dengan pembuangan pengalirannya ke laut?, dan (2) seberapa cepat kemampuan kita membuat tanggul yang kuat untuk menghadapi musim hujan mendatang?

Kembali kepada hasil sidang kabinet di atas, ada satu hal yang sangat disayangkan, yaitu Pemerintah belum mengantisipasi kemungkinan dampak negatif yang terjadi akibat diizinkannya pengaliran air lumpur atau lumpur ke laut. Kalau hanya air yang dialirkan, memang akan tidak bermasalah atau hanya kecil masalah yang akan timbul di kawasan pesisir. Tetapi bagaimana bila musim hujan tiba? Bisa kita pastikan bahwa lumpur dalam jumlah besar juga akan ikut masuk ke laut. Memang, lumpur itu tidak mengandung bahan yang beracun dan berbahaya. Tetapi perlu kita ingat bahwa masuknya lumpur ke laut akan meningkatkan Total Suspended Solid (TSS) yang dapat menganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan terhadap ekosistem pada gilirannya akan menganggu kegiatan perikanan, baik itu perikanan tambak maupun perikanan tangkap. Singkat kata, kehidupan masyarakat pesisir akan terganggu dengan dengan keputusan untuk mengalirkan air lumpur atau lumpur ke laut.

Akan muncul persoalan baru di kawasan pesisir. Itu pasti. Tetapi petunjuk untuk mengatasi hal itu dari Presiden (Pemerintah) belum ada. Oleh karena itu akan wajar bila masyarakat pesisir bertanya: "Bagaimana nasib kami nanti?"

Mari kita simak apa yang dikatakan oleh Bupati Sidoarjo. "Sesuai anjuran Menteri Perikanan dan Kelautan, kalau seandainya suatu saat volume lumpur sedemikian basar dan mematikan biota laut, harus dihiung ganti ruginya" (Detik.com, Rabu, 27 September 2006).

Pertanyaan itu menunjukkan bahwa Pemerintah belum melakukan antisipasi terhadap kemungkinan kerugian yang akan dialami masyarakat pesisir, sementara ancaman kerugian atau bahaya sangat nyata. Rasanya pantas bila kita bertanya: "Apakah Pemerintah tidak melihat deposit lumpur yang sedemikian besar dengan saluran yang terhubung ke laut merupakan ancaman yang nyata terhadap masyarakat pesisir?". Dengan analisis sederhana pun masyarakat dapat menarik kesimpulan bahwa, bila musim hujan tiba akan banyak muatan lumur yang masuk ke laut.

Jadi, cepat perhatikan masyarakat pesisir di kawasan Muara Kali Porong dan sekitarnya, sebelum terlambat.

Ada satu hal lagi yang masih tetap perlu kita ingat. Bahwa kita belum pengetahui kapan semburan lumpur itu akan berhenti. Bila ternyata semburan itu tidak dapat dihentikan, alias semburan permanen, maka akan selamanya pula akan terjadi suplai air lumpur atau lumpur ke laut (Selat Madura) melalui Kali Porong. Konsekunsinya, perubahan lingkungan di kawasan pesisir akan permanen. Lalu, masyarakat pesisir juga harus menata kembali kehidupannya. Menghadapi persoalan itu, bantuan Pemerintah adalah suatu keharusan.


Salam dari Ancol, 28 September 2006
Wahyu

Wednesday, September 27, 2006

"Mud Volcano" Sidoarjo 2: status bahaya


Foto 1. Kita menghadapi musim hujan dengan tanggul seperti ini? (suarasurabaya.net)

Sampai hari ini, Rabu 26 September 2006, nampaknya belum ada kesepakatan tentang status bahaya dari Mud Volcano Sidoarjo. Detik.com pada tanggal 22 September 2006 memberitakan bahwa, Menteri ESDM menyatakan bahwa Pemerintah baru akan menetapkan Status Bahaya jika kondisi luapan lumpur di Porong, Sidoarjo telah mengancam keselamatan manusia. Dikatakan bahwa, saat ini kondisi luapan lumpur di lapangan eksplorasi Lapindo Brantas statusnya masih Darurat.

Selanjutnya dicontohkan bahwa penerapan Status Bahaya pernah dilakukan oleh Wakil Bupati Sidoarjo, yang saat itu memerintahkan membuang lumpur ke Kali Porong. Saat itu, tanggulnya jebol dan pemukiman rakyat terganggu.

Selain itu juga diberitakan bahwa dalam rapat dengan Menteri ESDM, Menteri Lingkungan Hidup, dan Menteri Kelautan, Komisi VI DPR-RI meminta Tim Nasional Penaggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo untuk merubah Status Darurat menjadi Bahaya dalam upaya penangulangan semburan lumpur yang telah memasuki hari ke 117.

Masalah status bahaya menjadi isu yang penting karena status bahaya menentukan tindakan yang akan dilakukan. Sebagaimana diberitakan oleh TEMPO Interaktif pada hari Selasa 12 September 2006, dengan judul "Lumpur Lapindo Tidak Akan Dibuang ke Laut", Menteri Negara Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar mengatakan, lumpur yang ada di Sidoarjo tidak akan dibuang ke laut. "Kami tetap ingin menyelamatkan lingkungan," katanya di Gedung DPR siang tadi. Kementerian lingkungan hidup, dia melanjutkan, tetap mengusahakan keselamatan lingkungan dan manusia. Karena, berbahaya apabila dikonfrontasi antara keselamatan alam dengan kepentingan manusia. Namun, jika pilihan akhir harus menyelamatkan manusia maka lumpur tersebut mau tidak mau akan dibuang ke laut. "Prioritas kita tetap menyelamatkan manusia," katanya. Sebelumnya, Bupati Sidoarjo, Win Hendarso mengatakan bahwa lumpur yang saat ini masih terus keluar dari perut bumi akan dibuang ke laut untuk menyelamatkan kepentingan manusia. Menurut Rahmat, ucapan bupati tersebut, sah-sah saja. "Itu soal pilihan bahasa saja," katanya.

Persoalannya adalah siapa yang berhak menentukan status bahaya itu ? Apa yang menghalangi Pemerintah untuk menetapkan satu institusi tertentu sebagai pemegang otoritas untuk menyatakan status bahaya lumpur itu?

Erupsi Gunung Merapi dan Erupsi Mud Volcano

Ketika terjadi erupsi Gunung Merapi di awal tahun ini, di minggu-minggu awal kegiatan erupsi sempat muncul situasi yang hampir sama dengan situasi ketika menghadapi masalah lumpur Sidoarjo ini. Namun, keadaan yang kacau itu segera berakhir ketika Pemerintah mangambil keputusan yang dengan tegas menyatakan bahwa Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) yang berkedudukan di Yogyakarta adalah yang memegang otoritas untuk menentukan status bahaya erupsi Gunung Merapi. Sejak penetapan itu, semua gerakan yang berkaitan dengan evakuasi pengungsi menjadi lebih terkendali dan arah dengan baik.

Sementara itu, di sisi yang lain, BPPTK dalam menetapkan status bahaya atau aktifitas Gunung Merapi telah memiliki suatu prosedur tetap yang merupakan standar Internasional. Dengan demikian, ketika suatu tingkat aktifitas ditetapkan, hal itu tidak mengundang protes dari pihak lain.

Keadaan atau situasi yang melingkupi erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta itu sangat berbeda dengan keadaan yang melingkupi erupsi Mud Volcano di Sidoarjo. Seperti telah sama-sama kita ketahui, meskipun telah lebih 100 hari erupsi Mud Volcano terjadi, belum jelas apa yang harus dilakukan. Perbedaan pendapat masih terus berlangsung, sementara ancaman bahaya yang makin lama makin besar itu terus mendekat.


Bahasa Api vs Bahaya Lumpur

Status tingkat bahaya berkaitan erat dengat besar atau kecilnya serta tingkat kepastian ancaman terhadap jiwa manusia. Ketika kita berhadapan dengan erupsi Gunung Merapi, kita berhadapan dengan magma yang berbicara dengan Bahasa Api. Bahasa Api sangat jelas ketika mengisyaratkan ancaman terhadap keselamatan jiwa manusia, sehingga kita tidak memprotesnya ketika dikatakan bahwa suatu keadaan atau kegiatan erupsi sedang atau akan terjadi dan mengancam jiwa manusia.

Kondisi yang berbeda terjadi pada Bahasa Lumpur. Lumpur tidak mengancam keselamana jiwa atau merusak benda-benda secara instan. Berbeda dengan aliran Awan Panas yang sangat dramatis ketika berlalu dan menyapu segala yang dilewatinya, Lumpur tidak demikian. Orang yang berkubang dengan lumpur tidak mati. Rumah-rumah yang digenangi lumpur tidak hancur. Keadaan itu menyebabkan orang rumahnya atau sawahnya digenangi lumpur masih menyimpan harapan untuk dapat kembali ke rumahnya dan kembali mendapatkan sawahnya setelah lumpur tidak ada lagi.

Dengan kata lain, Bahasa Api berbicara sangat tegas dan lugas ketika datang melanda, sementara itu Bahasa Lumpur masih memberikan harapan. Lumpur itu ketika datang menggenangi pemukiman dan persawahan di Sidoarjo seakan berkata manusia: "Sekarang kamu pergi dulu sebentar. Nanti setelah saya pergi, kamu boleh kembali lagi menempati rumahmu dan menggarap lagi sawahmu".

Bahasa Lumpur yang lugu itu tampaknya telah membuat orang lalai dalam mempelajari karakteristik lumpur yang datang. Pemerintah (pengambil keputusan) lalai mempelajari lumpur apa yang datang dan dari mana asalnya dan berapa banyak. Lalai mencari tahu apakah kedatangannya hanya dalam waktu singkat atau selama waktu yang tidak dapat ditentukan. Bahasa Lumpur yang lugu juga menyebabkan Pemerintah (pengambil keputusan) tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh yang mengetahui karakter lumpur itu. Janji lumpur itulah yang tampaknya juga dipegang oleh banyak orang, sehingga banyak penduduk yang kampungnya terendam lumpur tetap berharapan akan kembali ke rumah-rumah mereka. Kembali menggarap sawah mereka.

Pemerintah pun tampaknya terpengaruh oleh bahasa lumpur itu, sehingga tidak jelas apa yang akan dilakukan menghadapi lumpur itu. Berharap bahwa lumpur akan dapat dihentikan dan kemudian menyingkirkannya.

Status Bahaya Lumpur

Karakteristik lumpur sangat berbeda dengan karakteristik magma atau api. Oleh karena itu, seharusnya kita memperlakukannya dengan cara yang berbeda ketika menetapkan status bahaya lumpur. Aliran awan panas yang memiliki karakteristik api sangat jelas mengisyartkan bahaya. Awan panas yang melanda aka menghancurkan segala yang dilalui dan mematikan segala kehidupan. Keadaan seperti itu bukan karakteristik genangan lumpur. Karakteristik genangan lumpur yang perlu diperhatikan adalah berapa banyak lumpur itu, apakah kedatangannya dapat dihentikan, dan berapa lama genangan itu akan berlangsung.

Awan panas memang mematikan, tetapi setelah dingin orang dapat kembali lagi ke daerah yang dilanda awan panas itu untuk memulai kembali kehidupan. Sementara itu hal yang berbeda terjadi pada lumpur. Memang lumpur tidak mematikan, tetapi bila terus menggenangi suatu kawasan, maka tidak ada hal yang dapat dilakukan selain kita harus menyingkir ke tempat lain, atau lumpur itu kita bersihkan. Kita tidak dapat hidup di genangan lumpur.

Mengingat karakter lumpur yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan karakteristik awan panas, maka kita tidak dapat begitu saja menetapkan status bahaya lumpur dengan dasar ancaman terhadap keselamatan (jiwa) manusia. Tetapi kita harus melihat pada hal: (1) berapa lama genangan lumpur akan terjadi, dan (2) berapa luas kawasan yang akan digenangi lumpur. Jadi, persoalannya bukan pada berapa banyak jiwa yang akan melayang tetapi pada: (1) berapa banyak manusia akan mengungsi, (2) kegiatan produktif yang terhenti, serta (3) berapa banyak aktifitas yang terganggu dengan genangan lumpur.

Selanjutnya, bila kita dapat menerima karakter lumpur seperti yang diuraikan di atas, maka persoalan (1) mengetahui bisa atau tidak semburan lumpur itu dihentikan, serta (2) mencegah makin luasnya kawasan genangan lumpur menjadi hal yang penting, Kemudian, tingkat bahaya lumpur ditentukan berdasarkan pada kemungkinan atau kemampuan mencegah makin meluasnya kawasan genangan lumpur itu.

Dengan demikian, dalam menentukan status bahaya lumpur Sidoarjo itu, ada tiga hal yang harus diperhitungkan, yaitu (1) semburan lumpur, (2) tanggul penahan lumpur, dan (3) curah hujan.

Semburan lumur, bila terus berlangsung maka akan selalu meningkatkan status bahaya genangan lumpur. Kita tidak dapat mengendalikan faktor ini.

Tanggul penahan lumpur, bila kita hanya memakai tanggul sementara untuk menahan lumpur, maka makin lama makin memperbesar tingkat bahaya. Pembuatan tanggul permanen akan mengurangi tingkat bahaya genangan lumpur. Kita dapat mengendalikan faktor ini, tetapi beberapa waktu yang lalu ada kegiatan penentangan dari penduduk yang pemukimannya tergenang lumpur atas usulan pembuatan tanggul permanen.

Curah hujan akan tinggi di musim hujan. Ini berarti bahwa di musim hujan tingkat bahaya genangan lumpur tinggi. Pengaruh kondisi curah hujan terhadap tingkat bahaya genangan lumpur berkaitn erat dengan kondisi tanggul. Kita tidak dapat mengendalikan ini.

Menghadapi musim hujan yang akan datang, dengan kondisi semburan lumpur yang terus berlangsung, maka penilaian yang objektif untuk menetapkan status bahaya genangan lumpur Sidoarjo bisa kita lakukan dengan menilai kondisi tanggul-tanggul penahan lumpur yang ada sekarang.

Salam dari Ancol, 27 September 2006
Wahyu