Thursday, April 20, 2006

Mitigasi Bencana Gunungapi yang Sukses: pelajaran dari Filipina dan Meksiko

Sukses atau gagalnya upaya mitigasi bencana gunungapi diukur dari ada atau tidaknya korban jiwa karena erupsi gunungapi. Persoalan inilah yang sekarang sedang kita hadapi seiring dengan aktifitas Gunung Merapi di Jawa Tengah saat ini. Ada 2 contoh kasus sukses mitigasi bencana gunungapi, yaitu dari Filipina ketika erupsi Gunung Mayon tahun 2000, dan Meksiko ketika erupsi Gunung De Colima episode 1998-2000.

Dari Filipina, Corpuz et al. (2000) menyebutkan sukses tersebut ditentukan oleh 4 hal:
1). pengamatan terus menerus sepanjang waktu,
2). asesmen bencana bertahun-tahun,
3). pemerintah pusat dan lokal yang responsif,
4). sedikit KEBERUNTUNGAN.

Dari Meksiko, Ganivales-Ruiz (2000) menyebutkan mitigasi bencana gunungapi tidak akan berhasil hanya dengan penelitian dan monitoring aktifitas gunungapi. Diperlukan juga pemahaman lingkungan sosial masyarakat setempat. Untuk mendapatkan partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana, pemerintah dan ilmuwan perlu memandang serius batas-batas bencana yang dapat diterima oleh masyarakat. Untuk itu diperlukan dukungan penelitian geo-sosial dan aktifitas komunkasi bencana dengan memasukkan spesialis yang ahli dalam kerentanan sosial dalam komite ilmiah gunungapi aktif.

Kemudian, dari Meksiko disebutkan pula bahwa: kemampuan memprediksi terjadinya erupsi gunungapi dan efeknya dalam bentuk suatu Peta Daerah Bahaya merupakan kunci utama keberhasilan kegiatan mitigasi. Kemampuan tersebut dikatakan sangat penting karena:
1). dengan kemampuan itu dapat ditentukan apa yang harus dilakukan dalam upaya mitigasi,
2). peta bahaya sangat diperlukan bagi penyusunan rancangan pengelolaan bencana ketika bencana ituterjadi,
3). kredibilitas pemerintah dan para ilmuwan dipertaruhkan di hadapan masyarakat yang terancam bahaya erupsi gunungapi, dan ini mempengaruhi sukses atau tidaknya upaya mitigasi bencana. Berkaitan dengan kondisi Gunung Merapi saat ini, yang perlu dilakukan adalah:
1). ilmuwan terus berupaya mengamati tingkah laku gunungapi dalam upaya memprediksi waktu terjadinya erupsi dan bahaya yang akan terjadi,
2). pemerintah pusat dan daerah terus melakukan persiapan untuk melakukan tindakan penyelamatan bila bencana itu benar-benar terjadi,
3). para ilmuwan beserta pemerintah (pusat dan daerah) hendaknya berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan berkaitan dengan prediksi waktu terjadinya erupsi untuk menjaga kredibilitas di mata masyarakat. Perlu disadari bahwa peringatan yang semu (false alarm) akan memunculkan masalah sosial-ekonomi bagi penduduk yang dievakuasi, dan dapat menghilangkan kredibilitas pemerintah serta ilmuwan di hadapan masyarakat yang perlu dievakuasi.

Salam,
WBS

Disarikan dari:
Setyawan, W.B., 2001. Mitigasi bencana gunungapi yang sukses: pelajaran dari Filipina dan Meksiko. Alami, vol. 6, no. 2: 42-46.

1 comment:

Noor Adinugroho said...

thnx for you'r information