Friday, September 14, 2007

Gempa Meningkatkan Semburan Lumpur Sidoarjo?

Gempa yang mengguncang Situbondo pada Senin 10 September 2007 tampaknya mempengaruhi kondisi semburan lumpur di Sidoarjo. Secra sederhana kita bisa menganalogikan kondisi semburan lumpur itu sebagai sebotol botol minuman bersoda yang diguncang-guncang dan kemudian dibuka tutupnya, maka air di dalam botol itu akan menyembur keluar dengan kuat.

-----------------------
Berikut ini adalah fakta yang dikutip dari berita dari Harian Republika, Rabu, 12 September 2007 21:40:00.
Semburan Lumpur dan Kadar H2S Makin MeningkatSidoarjo-

RoL-- Semburan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo dalam dua hari terakhir ini menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Pantauan Antara, Rabu petang menunjukkan, jika biasanya volume sekitar 80 ribu kubik per hari, sejak dua hari terakhir ini volume semburan mencapai 120 ribu kubik per hari. Selain volume semburan yang membesar, kadar H2S yang dibawa lumpur juga tampak meningkat dari 20 part/milion (ppm) menjadi antara 30-35 part/milion (ppm).

Kadar H2S ini tergolong di atas standar rata-rata yang ditetapkan untuk keamanan kerja yaitu kurang dari 20 ppm. "Kami tadi sempat mengevakuasi para pekerja di tanggul bagian selatan karena angin mengarah ke selatan. Tidak terlalu lama, sekitar 30 menit. Sementara itu para pekerja di bagian utara tanggul utama masih diperbolehkan bekerja karena dinilai masih cukup aman," kata Humas BPLS Achmad Zulkarnaen.

Meski belum diketahui secara pasti penyebab peningkatan semburan dan kadar H2S, Namun BPLS menduga dipengaruhi tekanan dari dalam tanah pasca gempa bumi yang terjadi di Situbondo, beberapa waktu lalu. "Kami menduga peningkatan semburan dan kadar H2S ini, dipengaruhi gempa bumi yang terjadi di Situbondo," kata Achmad Zulkarnaen yang akrab disapa Izul ini.

Akibat peningkatan volume semburan itu, kini luapan lumpur tidak hanya mengalir ke arah selatan, melainkan juga mulai kembali mengarah ke utara dan barat menuju rel dan jalan raya Porong. Bendera kuning yang biasanya dipasang di sekitar tanggul utama, kini sudah diturunkan petugas dan diganti menjadi bendera merah, yang berarti kondisi di sekitar semburan membahayakan.

Terkait peningkatan yang terjadi mendadak ini, BPLS kini kembali sibuk memperkuat tanggul, baik yang ada di sekitar pusat semburan maupun tanggul di Desa Siring dan Jatirejo. "Selain penguatan tanggul, kami juga memasang karung pasir yang dipasang di sejumlah titik tanggul utama yang dianggap rawan jebol," kata Izul. antara/mim

----------------
Selanjutnya, berikut ini adalah analisis dari seorang rekan yang melihat adanya hubungan temporal dan kemungkinan adanya hubungan spasial antara Gempa Situbondo, meningkatnya Semburan Lumpur Sidoarjo dan Bangkitnya Gunung Kelud.

Gempa Situbondo yang menggoncang ujung Jawa Timur dan sekitarnya pada Senin 10 September 2007 dengan kekuatan 4.5 SR ternyata tak hendak lekas-lekas lenyap. BMG mencatat sampai saat ini telah tercatat gempa susulan sebanyak 482 kali (!). Dari gempa sebanyak itu yang dirasakan hanyalah 61 kali dengan kekuatan 2-4 SR. Kapan gempa-gempa ini akan pergi dari Situbondo, tidak ada yang bisa menduganya.

Dua hari setelah gempa utama Situbondo menggoncang ujung utara wilayah tapal kuda Jawa Timur itu, hari Rabu kemarin, 12 September 2007, BPLS (Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo) mencatat volume semburan LUSI meningkat tajam, juga semburan H2S-nya. Semula, LUSI menyembur pada 80.000 m3/hari, lalu naik menjadi sekitar 120.000 m3/hari. Sementara itu, kandungan gas H2S mencatat rekor tertingginya sejak LUSI menyembur, yaitu mencapai 35 ppm, padahal biasanya rata-rata kandungan gas H2S sekitar 20 ppm. Pertambahan volume dadakan ini membuat BPLS lebih repot daripada biasanya. Puluhan truk dikerahkan untuk mengangkut material guna memperkuat tanggul. Ratusan karung pasir ditambah untuk memperkuat tanggul utama. Pipa cadangan segera digunakan untuk membuang lumpur yang mendadak berlebih.

Gunung Kelud, gunung di sebelah baratdaya Kabupaten Sidoarjo, yang terletak di ujung sesar Watukosek, sekaligus menyembunyikan atau menghentikan sesar besar ini, juga bangkit kembali sejak beberapa hari terakhir ini. Maka, status gunung ditingkatkan dari Aktif Normal menjadi Waspada. Danau kawah Kelud yang terkenal itu semakin menunjukkan kegiatannya. Kegempaan, deformasi, visual, pengukuran suhu kawah, dan data kimia air kawah menunjukkan bahwa gunung ini sedang bangkit lagi.

Ketiga peristiwa geologi di atas apakah saling berhubungan ? Apakah gempa Situbondo telah memprovokasi LUSI dan Kelud ? Silakan dipikirkan. Hubungan temporal ada, hubungan spatial bisa ada bisa tidak.

Tulisan di atas disarikan berdasarkan berita-berita di koran Media Indonesia dan Bisnis Indonesia Kamis 13 September 2007, dilengkapi dengan komunikasi lisan bersama beberapa personal yang berhubungan langsung dengan LUSI.

salam,
awang

(Izin tertulis via email pada 13 September 2007)
---------------------

Ancol, 2 Ramadhan 1428 H / 14 September 2007

Salam,
WBS

No comments: